Pemkab Boyolali perketat alih fungsi lahan untuk tingkatkan produksi pangan
Senin, 6 Juni 2022 19:09 WIB
Kami belum memprioritaskan pengembangan komoditas langka di BoyolaliBoyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah berkomitmen memperketat alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya tanaman padi di daerah itu.
"Kami konsisten sejak beberapa tahun yang lalu, antara lain dengan memperketat alih fungsi lahan pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan produksi pangan," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto, di Boyolali, Senin.
Pemkab Boyolali sebelumnya sudah mempunyai Peraturan Daerah (Perda) tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) yang diperkuat melalui revisi pada 2022.
"Kami mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan yang tidak boleh dialihfungsikan untuk mempertahankan produksi pertanian," kata Bambang Jiyanto.
Pemkab Boyolali juga menerapkan strategi dengan melakukan perbaikan dan menyiapkan sarana-sarana irigasi, peralatan, peningkatan sumber daya manusia (SDM) petani.
Bahkan, Pemkab Boyolali telah meringankan pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB), khususnya pada lahan pertanian berkelanjutan, terutama LP2B yang beririgasi teknis.
"Lahan pertanian berkelanjutan mendapat prioritas keringanan pajak sudah sekitar 70.000 hektare. Mereka dapat keringanan pajak 90 persen. Misal, bayar pajak PBB Rp1 juta per tahun, mereka cukup bayar Rp100.000," katanya.
Baca juga: Kudus asuransikan 400 hektare lahan pertanian antisipasi gagal panen
Sebelumnya, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang diturunkan ke Dinas Pertanian Boyolali pada 2022 menargetkan luas tanam 48.606 hektare dan luas panen sekitar 48.719 hektare dengan produktifitas 5,8 ton per hektare.
Dari luas tersebut, target hingga akhir tahun perkiraan produksi bisa mencapai 283.344 ton gabah kering giling (GKG) atau 162.605 ton setara beras.
Kondisi itu yang membuat stok pangan di Boyolali dalam keadaan aman, mengingat jumlah penduduk di Boyolali pada 2022 sebanyak 1.070.247 jiwa dengan indikator konsumsi beras nasional 111,58 kilogram per kapita per tahun.
Saat ini, realisasi produksi pangan di Boyolali hingga akhir Mei 2022 untuk luas tanam mencapai 21.626 hektare, dengan panen seluas 25.168 hektare dan produktivitas sekitar 5,7 ton per hektare. Produksi GKG sebanyak 145.002 ton atau sebanyak 83.214 ton setara beras, juga masih terpantau surplus.
"Produksi pangan dari tahun ke tahun terus naik. Produksi pangan di Boyolali jika disandingkan pada 2020 ke 2021 mengalami kenaikan dan luas panen juga naik dari 50.948 ha atau naiknya 3.188 ha. Produksi gabah naik dari 225.426 ton menjadi 286.152 ton atau naik 60.726 ton atau setara 129.633 ton," ujarnya.
Jumlah produksi pangan di Boyolali, jika disandingkan pada 2020 ke 2021 mengalami kenaikan, dengan luas panen naik dari 50.948 hektare atau naik 3.188 hektare. Produksi gabah naik dari 225.426 ton menjadi 286.152 ton, atau naik 60.726 ton.
Terkait kemungkinan untuk potensi pengembangan pangan dan komoditas langka di wilayah Boyolali, pihaknya masih berkonsentrasi pada tanaman pangan pokok yakni padi dan jagung.
"Kami belum memprioritaskan pengembangan komoditas langka di Boyolali, masih fokus produksi pangan jenis padi dan jagung saja," katanya.
Baca juga: Menteri BUMN puji terobosan PLN optimalkan halaman masjid jadi lahan pertanian
Baca juga: Program Irigasi Kementan sukses airi 53.800 hektare lahan Jateng
Baca juga: Pergerakan tanah di Desa Sawangan Wonosobo, lahan pertanian ambles dan bangunan serta jalan retak
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
M Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024