Peneliti Unissula Semarang terima lima hak paten
Rabu, 15 November 2023 08:29 WIB
"Pada tahun 2022, Unissula memiliki hak paten 20 dan 12 hak paten sederhana. Dan pada 2023 ketambahan lima hak paten tersebut," kata Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unissula Dr Henny Pratiwi Adi dalam pernyataannya di Semarang, Selasa.
Hal tersebut disampaikannya dalam Workshop Penulisan Artikel Internasional Percepatan Jabatan Fungsional Lektor Kepala dan Guru Besar Unissula.
Dia menjelaskan, Hak paten pertama, yakni detergen cair antinajis mughalazah oleh Dwi Endah Kusumawati SSi MSi.
Kedua, Komposisi kandungan herbal untuk meningkatkan produktivitas penangkaran pada burung perkutut (Geopelia striata) oleh Sarwono, Abdurrohim, Prof Dr Heru Sulistyo, Dr Asyhari, dan Prof Dr Siti Thomas Zulaikhah.
Ketiga, komposisi pupuk organik padat untuk mengembalikan kesuburan pada tanah oleh Paimin, Supriyadi, Dr H Asyhari, Prof Dr Heru Sulistyo, dan Abdurrohim.
Keempat, Proses isolasi senyawa stigmasterol, sitosterol, dan 1-Heksanol dari buah parijoto (Medinilla speciosa blume) oleh Dr Rina Wijayanti.
Kelima, yakni formula sediaan dengan kandungan serbuk jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) sebagai suplemen Vitamin D oleh Dr Atina Hussaana MSi Apt.
Menurut dia, capaian hak paten itu merupakan pengembangan penelitian yang tidak lepas dari dukungan dana penelitian yang didapatkan Unissula pada tahun ini.
"Tahun 2023, Unissula menjadi perguruan tinggi kluster utama yang mendapatkan dana penelitian terbanyak di Indonesia, yaitu Rp2,9 miliar," katanya.
Selain hak paten, Henny menjelaskan bahwa Unissula telah melakukan lompatan prestasi, yakni dari sisi perangkingan perguruan tinggi secara nasional maupun internasional.
"Untuk yang nasional ada satu perankingan yang berbasis data Sinta. Dari 3.207 PTS dan PTN dibagi menjadi lima kluster, dan Unissula berada di kluster utama bersama 160 PTN dan PTS," kata Henny Pratiwi Adi.
Sementara itu, Rektor Unissula Prof Gunarto menegaskan keseriusannya untuk mencetak 100 guru besar pada 2027, yang saat ini sudah mencapai 53 guru besar.
"Hilangkan persepsi bahwa menjadi guru besar itu sulit, karena kita sudah menjadi doktor yang mempunyai penelitian dalam bentuk disertasi, yang sudah memiliki penelitian kelas internasional," katanya.
Baca juga: Unissula: Selesaikan kasus guru honorer NTB lewat keadilan restoratif
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024