Darah tinggi yang menjengkelkan
Kamis, 25 Januari 2024 16:39 WIB
Perintah Allah SWT sangat jelas disebutkan dalam Al Quran bahwa tugas seorang anak adalah harus menghormati kedua orang tuanya dan itu adalah mutlak apapun kondisinya, dan jika ada orangtua yang berdosa ataupun menyimpang dari ajaran Allah Ta’Ala biarlah itu menjadi urusan mereka kepada Allah SWT. Setelah mengetahui hal itu, dengan kesadaran akan kesalahannya, perempuan itu memilih jalan taubat dan permohonan ampun kepada Allah SWT. Ia secara konsisten meminta maaf kepada bapaknya, berbuat baik, dan menggali kearifan dalam ajaran Islam. Penting untuk diingat bahwa dalam Islam, pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran Al-Quran dan hadis menjadi kunci untuk mengatasi masalah kesehatan dan kehidupan secara holistik.
Belajar untuk menjaga hati dari kemarahan, meminta maaf, dan berbuat baik adalah langkah-langkah yang ditekankan dalam ajaran Islam untuk menjaga kesehatan emosional dan fisik. Penting juga untuk tidak terjerumus pada pemahaman yang keliru tentang penyembuhan dengan membaca surah atau ayat tertentu. Islam mengajarkan keseluruhan gaya hidup yang seimbang dan taat pada aturan-aturan yang telah ditentukan.
Saat difitnah, tak perlu larut dalam kemarahan atau memberikan klarifikasi yang tidak perlu. Sebab, dalam ajaran Islam, ditegaskan bahwa orang yang memfitnah akan memikul dosa serta mendapat pahala dari orang yang difitnahnya. Bahkan ketika pahala fitnah telah habis, dosa-dosa orang yang difitnah akan diberikan kepadanya. Ajaran ini jelas terdapat dalam Hadis, mengingatkan kita untuk memaafkan, menahan diri dari ghibah, dan fitnah. Dengan demikian, sikap bijak dalam menghadapi fitnah adalah dengan menjaga hati dari amarah berlebihan, mempercayakan urusan tersebut kepada Allah SWT, dan tidak terjerumus dalam perbuatan ghibah atau membalas dengan cara yang tidak sesuai ajaran Islam. Belajar untuk memaafkan adalah langkah yang bijak dan mencerminkan ketenangan batin serta kepatuhan pada prinsip-prinsip moral yang diajarkan dalam Islam.
Akhlak yang muncul sebagai hasil dari marah, menurut ajaran Islam, dapat menimbulkan dampak serius terutama pada tekanan darah yang terus meningkat. Cenderung, orang Muslim yang sudah marah jarang sekali memohon ampun kepada Allah Ta'ala, baik itu secara segera, di masa mendatang, atau bahkan ketika mereka sudah sakit dan tergeletak. Kondisi ini menjadi peringatan penting bahwa tidak seharusnya menunggu nyawa hampir diambil oleh Allah baru mau bertobat. Pasalnya, dalam keadaan seperti itu, tobat mungkin tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Oleh karena itu, mengendalikan amarah, selalu merenungkan perbuatan, dan segera memohon ampun kepada Allah Ta'ala adalah langkah-langkah yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Dengan cara ini, seseorang dapat menjaga keseimbangan mental, fisik, dan spiritualnya, serta meminimalkan dampak negatif terhadap kesehatan, termasuk meningkatnya tekanan darah yang dapat menjadi akibat dari amarah yang tidak terkontrol.
Marah yang diungkapkan secara terbuka maupun yang disimpan dalam diam, keduanya dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Kecepatan atau lambatnya peningkatan tekanan darah bergantung pada intensitas kemarahan dan objek dari kemarahan tersebut. Orang yang sering merasakan ketakutan atau cenderung selalu khawatir biasanya memiliki tekanan darah rendah. Sehingga, intensitas dan sasaran dari kemarahan dapat memainkan peran penting dalam menentukan seberapa cepat tekanan darah seseorang meningkat.
Korelasi antara darah dan kemarahan terjadi melalui peningkatan kadar adrenalin, yang kemudian mempengaruhi organ di atas ginjal dan meningkatkan denyut jantung. Ketika tekanan darah naik, denyut jantung menjadi lebih cepat, dan apabila emosi meledak, ini dapat memicu serangan jantung (jantung coroner). Pada tingkat seluler, kemarahan yang intens dapat merusak sel darah merah. Jika sel darah merah mengalami kerusakan, tubuh akan merespons dengan gejala seperti lemas dan ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Saat seseorang marah lagi, gejala ini dapat kembali muncul.
Dalam kedokteran, pasien yang mengalami kerusakan sel darah merah mungkin diberikan suplemen zat besi untuk meningkatkan kekuatan sel darah merah. Adrenalin, yang dilepaskan selama situasi stres atau kemarahan, dapat mempercepat denyut jantung. Jika adrenalin digunakan sebagai respons terhadap semangat dalam melakukan pekerjaan, ini dianggap relatif aman. Namun, jika adrenalin dilepaskan karena kemarahan yang melebihi batas, dapat menyebabkan dampak yang merugikan pada kesehatan, terutama jika terjadi secara terus-menerus. Orang yang memiliki tekanan darah tinggi dan tidak merespons baik terhadap obat penurun tensi mungkin memiliki latar belakang kemarahan yang signifikan, khususnya terhadap orang tuanya. Kemarahan ini menjadi pengunci dosanya dan menyebabkan kekentalan sel darahnya melebihi batas sehingga sulit untuk menurunkan tekanan darahnya.
Introspeksi diri terhadap sumber ketegangan dan marah adalah langkah yang bijaksana, terutama bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi. Identifikasi akar masalah, apakah itu hubungan dengan pasangan, orang tua, atau mertua, bisa membantu seseorang memahami sumber stres dan marah dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah selanjutnya adalah mengambil tindakan positif, seperti memohon ampun kepada Allah SWT dan meminta maaf kepada orang yang mungkin telah terlibat dalam konflik tersebut. Berkomunikasi dengan jujur, terbuka, dan penuh kasih sayang juga dapat membantu memperbaiki hubungan dan meredakan ketegangan. Sholat dan doa juga memiliki peran penting dalam menenangkan hati dan pikiran. Mencari keberkahan serta petunjuk dari Allah SWT dapat membantu seseorang meredakan emosi negatif dan mengembalikan keseimbangan spiritual.
Mengelola stres dan marah dengan cara positif dapat berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan, termasuk menurunkan tekanan darah. Sikap penuh kesabaran, pengampunan, dan keikhlasan dalam berinteraksi dengan orang lain dapat menjadi kunci untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani.
Kalau marahnya orang tua terhadap anak apakah bisa tensinya juga tinggi? Jika marahnya orang tua terhadap anak terkait dengan upaya mendidik dan memberikan pengarahan karena anak melakukan kesalahan, ini dapat dianggap sebagai faktor mendidik yang sehat. Orang tua yang marah karena ingin membimbing anaknya untuk menghindari kesalahan di masa depan tidak cenderung mengalami peningkatan tekanan darah secara signifikan.
Namun, jika marahnya orang tua terhadap anak disertai dengan faktor egois, keinginan untuk menang sendiri, atau merasa lebih pintar, ini dapat memicu stres dan ketegangan yang dapat berdampak negatif pada kesehatan, termasuk peningkatan tekanan darah. Faktor-faktor emosional dan egois dalam marah bisa menjadi pemicu penyakit lain.
Apabila seseorang terbiasa melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, menginginkan hasil yang cepat, hal tersebut dapat meningkatkan tingkat tensinya. Kecenderungan untuk selalu menginginkan segala sesuatu secepat mungkin dapat menimbulkan tekanan darah tinggi, karena pikirannya selalu dipenuhi oleh keharusan untuk menyelesaikan tugas dengan segera.
Perilaku tergesa-gesa ini dapat diibaratkan sebagai sifat yang terkait dengan keinginan yang serba cepat adalah sifat syaitan, yang tidak selaras dengan prinsip kehati-hatian yang merupakan sifat dari Allah SWT. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kehati-hatian dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari cara berbicara yang penuh perhitungan hingga menjalani setiap tugas dengan hati-hati, bukan karena takut, melainkan sebagai bentuk pertimbangan agar tidak merugikan orang lain dan menghindari penilaian yang tidak baik dari Allah SWT. Memiliki sikap hati-hati dan bersikap penuh perhitungan dalam menjalani kehidupan sehari-hari adalah nilai yang dianjurkan dalam Islam. Kelembutan, kebijaksanaan, dan kehati-hatian dalam berbicara dan bertindak merupakan ciri-ciri yang dianjurkan agar menjaga kestabilan emosional dan kesehatan secara keseluruhan.
Sikap ini juga dapat membantu menghindari kesalahan yang mungkin muncul akibat tergesa-gesa. Bagi saudara beriman yang menderita darah tinggi, dipahami marah yang ada dengan siapa, evaluasi apakah dengan pasangan atau dengan orang tua atau dengan mertua. Dititik-titik itu sebenarnya kesalahan manusia itu, nah kalau sudah ketemu cepat mohon ampun kepada Allah SWT setiap saat kita sholat kemudian meminta maaf kepada orang yang kita marahi setiap hari karena tensi itu nantinya bisa turun dan In Sya Allah mudah-mudahan tensinya mulai normal lagi karena itu sebenarnya tidak sulit. Dengan demikian, mengurangi sikap tergesa-gesa dan keinginan untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat dapat membantu menjaga stabilitas tensi dan kesehatan secara keseluruhan, Insya Allah
Tensi tinggi memiliki kaitan yang signifikan dengan penyakit jantung. Ketika tingkat adrenalin meningkat dan aktif, hal ini memicu peningkatan aktivitas motor jantung. Penyakit jantung dapat disebabkan oleh ekspresi marah yang dikeluarkan secara langsung atau marah yang ditahan di dalam dada, yang dapat menyebabkan pembengkakan pada jantung, terutama jika dipicu oleh masalah atau ketegangan tertentu. Jantung koroner atau pembengkakan jantung seringkali terkait dengan masalah yang berlangsung secara terus menerus, dan biasanya terjadi pada individu yang memiliki gaya hidup yang aktif. Di sisi lain, TBC dapat terkait dengan respon marah yang bersifat lebih pasif dan cenderung diam saat menghadapi masalah, dan mudah tersinggung.
Dalam perspektif spiritual, keyakinan bahwa terus belajar untuk mengubah kesalahan dan dosa, serta memohon ampunan kepada Allah secara berkelanjutan, diharapkan dapat membantu individu untuk kembali ke keadaan yang lebih normal. Dengan tekad yang kuat untuk memperbaiki diri dan memohon petunjuk dari Allah, diharapkan dapat membawa keselamatan dan kesehatan, Insya Allah. Dengan menjalani kehidupan tanpa merasa marah, berbagai gejala seperti pusing, pegal-pegal, sesak, radang, dan lainnya dapat berangsur-angsur menghilang.
Dalam keyakinan spiritual, usaha untuk tidak merasa marah diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghindari berbagai penyakit. Hampir semua penyakit, seperti jantung bengkak, jantung bocor, tangan bengkak, pembuluh darah pecah, kanker, TBC, pembuluh darah tersumbat, dan sebagainya, diyakini memiliki keterkaitan dengan ekspresi marah.
Bagaimana supaya kita tidak marah, sebuah pertanyaan yang sungguh sulit dijalankan tetapi diharuskan. Sebenarnya persoalan itu adalah ujian yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita, dan harus kita hadapi tujuannya adalah supaya tingkat keimanan kita meningkat. Selama ini orang Islam itu tidak paham bahwa ujian-ujian itu harus diselesaikan dengan cara-cara islami bukan dengan cara-cara yang lain.
Ada yang pintar tetapi malah membuat dia ujub, riya bahkan sombong maka rusaklah imannya dan banyak lagi contoh. Sehingga kita harus belajar, mumpung Allah masih menitipkan umur. Kalau kita tidak mengelola akhlak kita dengan baik, kemudian dibikin sakit oleh Allah Ta Ala akibat perilakumu, sedangkan kita tiada kemampuan untuk berobat padahal bukan itu yang diinginkan oleh Allah SWT. Makanya kita harus belajar, perbaiki akhlak kembali ke jalan Allah Ta Ala, mohon ampun, bertaubat, mengakui kesalahan dan tidak mengulanginya lagi dan bersifat tawadhu itulah yang diinginkan oleh Allah SWT.
Allah memerintahkan agar kita memaafkan dan memohonkan ampun bagi orang lain, serta bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan (Ali Imran, 159). Ini menunjukkan bahwa seorang Muslim dilarang untuk merasa marah dan membawa dendam, sesuai dengan perintah Allah. Hal ini juga konsisten dengan hadis yang menyatakan bahwa 'tidak akan masuk surga bagi orang yang marah'. Dengan demikian, seorang Muslim telah diberikan petunjuk oleh Allah untuk mengikuti perintah-Nya, dan Rasulullah telah memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan sampai kita sebagai umat Muslim diberi sakit di dunia tetapi tidak pernah mohon ampun kepada Allah Ta Ala kemudian di akhirat dia juga masih harus mempertanggungjawabkan dosa di titik itu padahal sudah ada Al-Quran sebagai petunjuk yang harus diikuti dan sebagai rahmat supaya mendapat ridho Allah SWT. Semoga pengetahuan ini dapat menjadi solusi dan bermanfaat dalam introspeksi diri dan menambah keimanan kita kepada Allah SWT karena sesungguhnya kita sebagai manusia tidak akan luput dari kesalahan, masih ada waktu untuk memperbaiki diri ini atas ijin Allah kembalilah ke jalan Allah SWT amiin ya rabbal alamin.
*Penulis merupakan Dosen Politeknik Negeri Pontianak, tengah mengambil pendidikan doktor di Universiti Malaysia Sarawak
COPYRIGHT © ANTARA 2025