Logo Header Antaranews Jateng

BI Jateng gelar bedah buku "Rahasia Nusantara" tingkatkan literasi

Rabu, 27 November 2024 06:27 WIB
Image Print
Penulis Asisi Suhariyanto dan Sejarawan Universitas Diponegoro Prof Dhanang Respati Puguh saat bedah buku "Rahasia Nusantara" karya Asisi Suharyanto, di Semarang, Selasa (26/11/2024). (ANTARA/Zuhdiar Laeis)
Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah menggelar bedah buku berjudul "Rahasia Nusantara" karya Asisi Suhariyanto untuk meningkatkan literasi masyarakat.

Bedah buku berlangsung di Gedung Radjawali Cultural Centre Semarang, Selasa, menghadirkan sang penulis, Asisi Suhariyanto dan Guru Besar Sejarah Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Prof Dhanang Respati Puguh.

Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan bahwa bedah buku sebenarnya kegiatan rutin BI, khususnya Perpustakaan BI yang biasanya bekerja sama dengan perpustakaan provinsi, perpustakaan kota, sekolah, dan kalangan perguruan tinggi.

Menurut dia, bedah buku tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi dan minat baca buku masyarakat seiring dengan gempuran gadget dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan.

"Karena sekarang ini mulai bangun tidur ngelihat HP, TikTok, bukan buku. Padahal dari buku bisa mendapatkan pengetahuan yang jelas dan bisa ditelusuri, diyakini kebenarannya," katanya.

Berbeda dengan informasi yang tersaji di media sosial lewat gadget, kata dia, belum tentu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya karena siapapun bisa membuat konten di media sosial.

Kali ini, ia mengatakan bahwa BI Jateng menggandeng Asisi Suhariyanto yang menulis buku "Rahasia Nusantara" yang sangat populer karena di dalamnya terdapat berbagai cerita sejarah yang dapat diketahui untuk meneguhkan identitas bangsa Indonesia.

"Suatu bangsa tidak akan berkembang kalau melupakan sejarahnya. Makanya Bung Karno mengatakan 'Jas Merah'. Jangan sekali-kali melupakan sejarah," katanya.

Beberapa negara besar, kata dia, mewajibkan pelajaran sejarah, seperti di Jerman yang mewajibkan pelajaran sejarah di seluruh universitas bagi mahasiswa tingkat dasar.

"Karena apa? Jerman pernah menguasai hampir seluruh Eropa Barat. Makanya, sejarah jadi mata kuliah wajib membangun rasa percaya diri bangsa Jerman. Indonesia harus mengikuti hal tersebut, dimulai dari minat baca. Sejarah perlu dipelajari dengan seksama," katanya.

Rahmat menambahkan bahwa BI Jateng juga memiliki aplikasi Jasirah (Jejak Wisata Sejarah) yang di dalamnya ada berbagai informasi terkait wisata sejarah hingga kuliner di Jateng-DIY.

Asisi Suhariyanto mengatakan bahwa buku "Rahasia Nusantara" berisi tentang sejarah candi-candi yang dikemas dengan ringan, mudah dipahami, dan menyenangkan, seperti sedang jalan-jalan.

Namun, kata dia, buku tersebut sudah dilengkapi referensi jelas yang terdapat pada catatan kaki.

"Isi bukunya singkat. Kami itu lebih ke arah jalan-jalan sejarah dengan metode yang menggunakan metodologis. Jadi, jalan-jalan datanya, kemudian diolah sedemikian rupa supaya bisa menjadi satu data yang bisa dimanfaatkan teman-teman di bidang sejarah," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Sejarah Ilmu Budaya Undip Prof Dhanang Respati Puguh mengatakan bahwa buku karya Asisi Suhariyanto dapat menjadi referensi belajar sejarah menarik yang dapat dimanfaatkan generasi muda dan masyarakat umum.

Demikian pula, kata dia, aplikasi Jasirah BI juga dapat menjadi tambahan informasi sejarah di Jateng yang bisa menjadi rujukan.

Baca juga: WHC bersama BI gelar pelatihan auditor halal

Pewarta :
Editor: Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2024