Logo Header Antaranews Jateng

Akar Rumput, dari kelompok kecil berubah jadi pemasok bibit unggul kambing

Senin, 13 Januari 2025 07:56 WIB
Image Print
Ketua Koperasi Peternak "Akar Rumput" Putut Dwi Prasetyo memberi pakan untuk kambing dalam kandang megah yang dijadikan sebagai etalase di kantor Koperasi Peternak Akar Rumput, Desa Tayem Timur, Kecamatan Karangpucung, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (10/1/2025). ANTARA/Sumarwoto

Seiring dengan berjalannya waktu, berbagai bantuan untuk pengembangan Koperasi Peternak Akar Rumput yang awalnya dikelola secara swadaya pun mengalir. Kendati demikian, Putut mengatakan pihaknya sejak awal pihaknya tidak ingin seperti kelompok lainnya yang berharap adanya bantuan ternak.

Dalam hal ini, ketika ada pihak yang menawarkan untuk memberikan bantuan kepada Akar Rumput, pihaknya mengharapkan bantuan tersebut berupa peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun peralatan karena salah satu indikator kesuksesan adalah sarana dan prasarana yang baik.

Beberapa bantuan yang diterima, antara lain kegiatan sekolah lapang yang diselenggarakan oleh dinas terkait untuk mengedukasi dan memberikan pendampingan teknis bagi pengurus maupun anggota koperasi.

Sementara untuk bantuan peralatan di antaranya berupa mesin pasteurisasi susu kambing dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Meskipun produk utama koperasi berupa bibit unggul kambing perah, susu kambing yang diproduksi sekitar 100 liter per hari dan merupakan sisa laktasi dari kambing betina yang anaknya sudah berusia 4 bulan serta akan dikawinkan lagi dengan pejantan.

Oleh karena masih mengeluarkan susu, sisa-sisa laktasi tersebut diperah dan selanjutnya dipasteurisasi serta dibekukan untuk dijual di wilayah Cilacap dan Banyumas. Bahkan dalam 8 tahun terakhir, Koperasi Peternak Akar Rumput membagikan susu kambing sebanyak 200 botol secara gratis kepada anak-anak setiap hari Jumat.

"Kami juga baru mendapatkan bantuan PSBI (Program Sosial Bank Indonesia) berupa alat USG (Ultrasonografi) untuk kambing," kata Putut.

Menurut dia, alat USG tersebut sangat dibutuhkan untuk mengetahui apakah ternak kambing itu bunting atau tidak. Sebelum adanya alat USG, peternak sering kali terlambat mengetahui jika kambing betina itu tidak jadi bunting meskipun telah dikawinkan dengan pejantan.

Bagi peternak yang sudah berpengalaman, mungkin bisa mengetahui apakah kambing tersebut bunting atau tidak bunting tanpa menggunakan alat USG. Akan tetapi bagi peternak yang belum berpengalaman, membutuhkan alat tersebut karena jika kambing betina tersebut tidak bunting, akan segera dikawinkan lagi dengan pejantan hingga bunting.

Dengan adanya bantuan alat dari Bank Indonesia tersebut, peternak tidak lagi mengeluarkan biaya sewa USG kambing sebesar Rp20.000 untuk satu kali pemakaian pada 1 kambing yang diperiksa. Juga dapat meminimalkan kerugian petani, khususnya komponen biaya pakan untuk kambing yang diduga bunting namun ternyata tidak bunting.

Bahkan melalui dukungan dari Program Sosial Bank Indonesia, Koperasi Peternak Akar Rumput terus berkembang menjadi pemasok utama bibit unggul kambing untuk wilayah Jawa dan sekitarnya.




Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2025