Indonesia-Australia Bertekad Hilangkan Blank Spot
Senin, 4 Maret 2013 10:12 WIB
"Dua belah pihak merasakan hal yang sama bahwa meski sebagai tetangga terdekat, tidak banyak punya pengetahuan, tidak terhubung, salah paham, dan seterusnya," kata anggota Komisi III DPR RI Eva Kusuma Sundari dari Sydney, tempat berlangsungnya Indonesia-Australia Dialogue (IAD), Senin siang.
Dalam surat elektroniknya yang diterima Antara di Semarang, Eva mencontohkan kasus penyiksaan hewan potong yang menjadi isu besar di Australia. Kasus ini berdampak kecil karena bukan dianggap isu penting bagi masyarakat Indonesia.
Sebaliknya, lanjut dia, isu advokasi Papua oleh sekelompok aktivis-aktivis hak asasi manusia (HAM) Australia dianggap serius oleh masyarakat Indonesia. Kemudian, muncul analogi bahwa meski secara geografis merupakan tetangga paling dekat, sesungguhnya tetangga yang belum dikenal atau asing (blank spot area).
Eva juga menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan kelanjutan dari dialog pertama pada tanggal 4--6 Oktober 2011 di Jakarta.
Ia mengemukakan bahwa IAD yang melibatkan kelompok sipil ini merupakan bagian dari strategi membangun kedekatan kedua negara, sekaligus sebagai upaya menghilangkan "blank spot".
Adapun dua strategi yang lain, kata dia, adalah pengorganisasian pertemuan reguler Presiden RI dan PM Australia yang disusul dengan pertemuan tahunan antara menteri luar negeri kedua negara.
Komposisi kelompok sipil yang berpartisipasi dalam IAD 2 terdiri atas para senior editor media, politikus senior dan anggota-anggota parlemen, kelompok bisnis, serta para ilmuwan dari kampus dan lembaga "think tank" (wadah pemikir).
Selain dirinya yang hadir pada acara tersebut, terdapat dua anggota DPR RI lainnya, yakni Stamboel dan Zulkiflimansyah dari PKS, sedangkan dari Parlemen Australia Senator Bob Carr (Menlu), Julie Bishop (Wakil Ketua Oposisi), Ed Husic (Partai Buruh), dan Ken Wyat (Partai Liberal).
Pelembagaan dialog Indonesia-Australia, kata dia, didorong atas kebutuhan untuk saling memperluas dan memperdalam komunikasi sehingga muncul saling pengertian di antara kedua masyarakat.
Dalam dialog itu, kata Eva, dibagi menjadi empat kelompok kerja (pokja), yaitu "Education and Culture", "Science", "Business", dan Media.
Penyelenggara mengharap agar dialog menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang dapat menjembatani perbaikan komunikasi Indonesia-Australia demi hubungan yang makin dalam dan saling menguntungkan bagi kedua negara.
Pewarta : D.Dj. Kliwantoro
Editor:
Kliwon
COPYRIGHT © ANTARA 2025