Logo Header Antaranews Jateng

Membangun Jejaring Peningkatan Potensi UMKM Purbalingga

Minggu, 12 Mei 2013 01:44 WIB
Image Print
Knalpot produksi Purbalingga (Promo Jateng/dokumen)


Upaya penguatan konektivitas domestik bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tersebut, antara lain, dengan cara memperkuat dan memberdayakan ekonomi kerakyatan.

Beberapa upaya yang telah dilakukan Pemkab Purbalingga, di antaranya pemberian bantuan permodalan maupun dana bergulir bagi UMKM serta Program Fasilitasi HAT bagi UMKM Tahun 2012 yang diberikan kepada 45 pelaku UMKM di Purbalingga.

Kepala Dinperindagkop Purbalingga Agus Winarno mengharapkan sertifikat tersebut dapat digunakan sebagai agunan atau jaminan dalam mengakses modal di perbankan.

"Sertifikat juga menjadi alat bukti kuat kepemilikan hak atas tanah bagi seseorang dalam mengakses modal," kata dia menjelaskan.

Program sertifikasi HAT, kata dia, merupakan program pemerintah untuk membantu UMKM.

Pengajuan sertifikasi HAT ini, lanjut dia, dibantu Pemerintah Kabupaten Purbalingga melalui dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten.

"Tujuannya, menjadikan UMKM yang mandiri dalam mengembangkan usaha," katanya.

Agus mengatakan bahwa UMKM di Kabupaten Purbalingga mengalami perkembangan yang relatif cukup pesat karena produk yang dihasilkan tidak hanya dipasarkan di pasar domestik tetapi juga ekspor.

Bahkan, kata dia, upaya pemanfaatan produk lokal telah dikampanyekan oleh Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko.

"Artinya, sepanjang UMKM kita bisa memproduksi barang itu, maka manfaatkanlah produk barang buatan kita. Ada sepatu, batik, makanan, dan sebagainya," kata dia di Purbalingga, Sabtu (11/5).

Dia mengharapkan pegawai negeri sipil (PNS) maupun masyarakat umum bisa memanfaatkan produksi lokal dalam kehidupan sehari-hari sehingga produk UMKM dapat dipasarkan di daerah ini.

Terkait dengan upaya mempromosikan produk UMKM ke luar wilayah atau pulau, dia mengatakan bahwa Pemkab Purbalingga bersama Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) terus berupaya mengikutsertakan para pelaku UMKM dalam suatu kegiatan pameran.

Dalam hal ini, kata Agus, UMKM di Purbalingga minimal diikutsertakan dalam tiga kegiatan pameran, yakni "Internasional Handicraft Trade Fair (Inacraft)" untuk tingkat nasional, "Jateng Expo" untuk tingkat provinsi, dan pameran lokal di tingkat kabupaten.

Ia memastikan dalam setiap pameran lokal, semua produk UMKM Purbalingga turut dipamerkan.

Kegiatan pameran tersebut memberikan dampak positif bagi para pelaku UMKM karena bisa menciptakan jejaring guna meningkatkan promosi produk mereka di pasar domestik maupun ekspor.

"Produk knalpot UMKM Purbalingga sekarang ini tidak lagi hanya untuk pasar domestik, tetapi sudah bisa masuk pasar ekspor meskipun tidak secara langsung," katanya.

Demikian pula, dengan rumput glagah yang ditanam petani di lereng Gunung Slamet, Kecamatan Karangreja, melalui skema Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Hasil panen rumput glagah tersebut, nantinya akan dijual kepada pengrajin sapu glagah dan selanjutnya dipasarkan ke Taiwan oleh "buyer" yang datang secara langsung menemui mereka.

"Petani kita memang tidak mendapat dolar. Namun, yang terpenting memperoleh hasil memadai sehingga bergairah untuk bekerja," katanya.

Salah seorang pelaku UMKM yang bergerak pada bidang industri bubuk kedelai, Atik Purwanto mengatakan bahwa hingga saat ini masih fokus pada pasar domestik, khususnya Pulau Jawa dalam memasarkan produknya.

"Kebetulan sudah berjalan selama tiga tahun. Saya juga akan coba buat produk baru berupa emping jagung aneka rasa," katanya.

Dia mengatakan bahwa hingga saat ini para pelaku UMKM Purbalingga masih mengutamakan pasar domestik meskipun beberapa di antaranya mulai merambah pasar ekspor.

Menurut dia, para pelaku UMKM menilai pasar domestik lebih menguntungkan daripada pasar luar negeri yang menuntut berbagai persyaratan dalam pengiriman produk.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pasar domestik ini tercipta berkat jejaring yang dibangun saat mengikuti pameran.

Selain itu, para pelaku UMKM juga membentuk agen di sejumlah daerah guna memasarkan produk mereka.

"Bagaimanapun juga, pasar domestik memiliki peluang yang lebih besar dibanding ekspor," katanya.

Menurut dia, lebih baik kuasai pasar domestik dahulu sebelum memasuki pasar ekspor.

Saat ini, kata dia, batik khas Purbalingga telah banyak menerima pesanan dari Lampung.

Bahkan, lanjut dia, pemasaran kasur lantai buatan UMKM di Kecamatan Karanganyar pun sudah merambah berbagai pelosok Tanah Air.

Kasur lantai ini dikenal masyarakat dengan sebutan kasur Palembang meskipun sebenarnya buatan Purbalingga.

"Mereka tidak masalah dengan sebutan itu. Bagi pelaku UMKM yang penting barang buatannya laku terjual," katanya.

Karena UMKM di Purbalingga semakin berkembang, Atik bersama sejumlah pelaku UMKM pun membentuk Paguyuban UMKM Perwira Kabupaten Purbalingga.

"Paguyuban ini dibentuk untuk mengangkat dan memajukan UMKM di Kabupaten Purbalingga. Dahulu di Purbalingga ada UKM Center, tetapi sekarang sudah bubar sehingga kami bentuk paguyuban ini," katanya.

Ia mengatakan bahwa paguyuban ini beranggotakan 48 pelaku UMKM dari berbagai jenis usaha dan terbagi dalam beberapa klaster, seperti klaster minuman, klaster makanan olahan, dan klaster kerajinan.

"Setiap klaster ada yang beranggotakan sampai 70 orang," katanya.

Ia mengharapkan keberadaan Paguyuban UMKM Perwira Kabupaten Purbalingga yang akan menempati bangunan bekas Sanggar Bakti Pramuka ini bisa menjadi tempat wisata edukasi karena bakal dilengkapi dengan tempat latihan membatik, membuat sapu, dan sebagainya.

"Tempatnya saat ini masih direnovasi," katanya.

Data dari Bagian Humas Sekretariat Daerah Purbalingga menyebutkan bahwa pembinaan pengembangan koperasi dan UMKM telah dilaksanakan dengan baik.

Hal itu bisa dilihat dari jumlah koperasi aktif yang dibina sejumlah mencapai 90,68 persen atau 214 koperasi dari 236 koperasi yang ada dan berbadan hukum.

Ia menyebutkan jumlah UMKM yang dibina mencapai 99,77 persen atau 170.779 unit dari total 171.166 unit.

Program dan kegiatan yang dilaksanakan, antara lain, melalui Program Subsidi Bunga, Forum for Economic Development Employment and Promotion (FEDEP), Program Peningkatan Produktivitas, Kualitas Produk dan Daya Saing UMKM, serta Program Penumbuhan dan Pengembangan UMKM.

Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2025