"Yang akan diimpor itu bukan 'white sugar' serta 'raw sugar', tapi gula rafinasi untuk industri atau minuman, tapi yang selama ini ditulis oleh media hanya impor gula saja, itu keliru besar," katanya di Karanganyar, Selasa.

Hal tersebut disampaikan Amran saat memberikan pidato sambutan pada kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan wilayah Keresidenan Surakarta di Pendopo Kabupaten Karanganyar.

Amran menjelaskan bahwa negara saat ini membutuhkan gula putih (white sugar) dan gula rafinasi untuk industri.

Menurut dia, kemampuan negara memproduksi "white sugar" tiap tahun 2,7 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhannya mencapai 4,8 juta ton hingga 5 juta ton/tahun.

"Impor pasti kita dilakukan tapi yang diimpor itu gula rafinasi untuk industri," ujarnya.

Amran menceritakan bahwa beberapa waktu lalu ada dua pengusaha yang secara langsung meminta agar rendemen dapat dinaikkan dan nantinya akan disumbangkan kepada para petani.

"Saya jawab, tidak mungkin rendemen dinaikkan karena gula untuk kebutuhan masih cukup di gudang dan Insya Allah pada bulan kelima tahun ini akan memasuki musim panen," katanya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menambahkan bahwa dirinya mempersilakan pemerintah menerapkan kebijakan impor gula tapi dengan syarat.

"Impor silakan tapi habiskan dulu tebu dari para petani agar mereka tidak menderita kerugian," ujarnya.

Pada kegiatan Musrenbangwil Keresidenan Surakarta tersebut dihadiri oleh kepala daerah dan forum komunikasi pimpinan daerah dari Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Wonogiri.