Tim Untidar usung "asem dong" maju PCTA tingkat nasional
Selasa, 18 September 2018 17:14 WIB
Wilda Ulfiyanti Rahma dan Adinda Dwi Lestari, Tim Untidar Kota Magelang untuk lomba Parade Cinta Tanah Air tingkat nasional, menunjukkan karya inovasi berupa penyemprot hama tanaman bernama "Asem Dong". (Foto: Dokumen Humas Untidar)
Magelang (Antaranews Jateng) - Tim Universitas Tidar Kota Magelang maju dalam lomba Parade Cinta Tanah Air (PCTA) tingkat nasional mewakili Provinsi Jawa Tengah dengan karya unggulan berupa alat penyemprot hama tanaman diberi nama "Asem Dong".
Salah satu anggota tim itu, Wilda Ulfiyanti Rahma, dalam keterangan tertulis di Magelang, Selasa, mengatakan pada ajang tersebut, tim Universitas Tidar (Untidar) akan memaparkan konsep dan cara kerja "Asem Dong" sebagai inovasi alat penyemprot dengan cara didorong guna membasmi hama tanaman.
"`Asem Dong` ini inovasi `sprayer` pembasmi hama, memudahkan petani dalam merawat tanaman," kata Wilda yang menciptakan karya inovasi itu bersama Adinda Dwi Lestari (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar) dengan didampingi? dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untidar Retno Dewi Pramodia Ahsani serta dosen Fakultas Teknik Untidar Xander Salahudin.
Ia menyebut alat tersebut sebagai produk lokal yang membantu kerja petani, khususnya untuk budi daya tanaman hortikultura. Uji coba alat itu di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.
Rangkaian lomba PCTA tingkat nasional berlangsung selama 17-21 September 2018 di Bandung, Jawa Barat.
Kegiatan berupa penjurian tingkat nasional lomba berupa karya esai dan keterampilan tingkat perguruan tinggi itu, diselenggarakan Kementerian Pertahanan.
Ia mengatakan salah satu persoalan yang dihadapi petani terkait dengan upaya mengatasi hama tanaman.
"Biasanya petani menyemprotkan pestisida cair dengan `sprayer` gendong. Kontur tanah yang tidak rata serta beratnya jumlah beban pestisida menjadi salah satu kendala petani," katanya.
Ia mengatakan "Asem Dong" berkapasitas minimal 12 liter cairan pembasmi hama. Alat itu bekerja dengan cara didorong ke depan. Perputaran roda alat itu menghubungkan mekanisme tuas dan batang pompa.
Pergerakan roda yang dihubungkan dengan batang pompa, kata dia, untuk membuat gerakan pada batang pompa, naik dan turun berulang-ulang, memompa pestisida cair hingga keluar melalui "sprayer". Sedikit atau banyaknya pestisida cair yang keluar melalui "sprayer" dapat diukur sesuai keperluan.
"Petani hanya perlu mendorong, lebih ringan dari pada menggendong. Jumlah cairan pestisida yang dibawa pun lebih banyak dan tentunya pekerjaan menyemprot lebih mudah,? kata Rahma.
Ia menjelaskan untuk daerah pertanian seperti Kecamatan Kandangan yang jenis tanahnya kering dan kondisinya berupa lereng pegunungan, alat tersebut dapat meringankan pekerjaan petani saat waktunya tiba menyemprotkan pestisida ke tanaman.
Persiapan tim Untidar untuk lomba PCTA tingkat nasional, katanya, telah dilakukan sejak bulan lalu, antara lain persiapan esai, pembuatan video "leaflet", dan kostum.
Ia mengatakan pada lomba tahun ini selain pembuatan esai, peserta juga diminta membawa alat untuk dipresentasikan.
"Lomba kali ini tidak hanya debat tetapi juga membuat esai dan produk untuk dipresentasikan serta diuji secara isi, manfaat, kegunaan, dan keefektifannya," katanya.
Salah satu anggota tim itu, Wilda Ulfiyanti Rahma, dalam keterangan tertulis di Magelang, Selasa, mengatakan pada ajang tersebut, tim Universitas Tidar (Untidar) akan memaparkan konsep dan cara kerja "Asem Dong" sebagai inovasi alat penyemprot dengan cara didorong guna membasmi hama tanaman.
"`Asem Dong` ini inovasi `sprayer` pembasmi hama, memudahkan petani dalam merawat tanaman," kata Wilda yang menciptakan karya inovasi itu bersama Adinda Dwi Lestari (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untidar) dengan didampingi? dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untidar Retno Dewi Pramodia Ahsani serta dosen Fakultas Teknik Untidar Xander Salahudin.
Ia menyebut alat tersebut sebagai produk lokal yang membantu kerja petani, khususnya untuk budi daya tanaman hortikultura. Uji coba alat itu di Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.
Rangkaian lomba PCTA tingkat nasional berlangsung selama 17-21 September 2018 di Bandung, Jawa Barat.
Kegiatan berupa penjurian tingkat nasional lomba berupa karya esai dan keterampilan tingkat perguruan tinggi itu, diselenggarakan Kementerian Pertahanan.
Ia mengatakan salah satu persoalan yang dihadapi petani terkait dengan upaya mengatasi hama tanaman.
"Biasanya petani menyemprotkan pestisida cair dengan `sprayer` gendong. Kontur tanah yang tidak rata serta beratnya jumlah beban pestisida menjadi salah satu kendala petani," katanya.
Ia mengatakan "Asem Dong" berkapasitas minimal 12 liter cairan pembasmi hama. Alat itu bekerja dengan cara didorong ke depan. Perputaran roda alat itu menghubungkan mekanisme tuas dan batang pompa.
Pergerakan roda yang dihubungkan dengan batang pompa, kata dia, untuk membuat gerakan pada batang pompa, naik dan turun berulang-ulang, memompa pestisida cair hingga keluar melalui "sprayer". Sedikit atau banyaknya pestisida cair yang keluar melalui "sprayer" dapat diukur sesuai keperluan.
"Petani hanya perlu mendorong, lebih ringan dari pada menggendong. Jumlah cairan pestisida yang dibawa pun lebih banyak dan tentunya pekerjaan menyemprot lebih mudah,? kata Rahma.
Ia menjelaskan untuk daerah pertanian seperti Kecamatan Kandangan yang jenis tanahnya kering dan kondisinya berupa lereng pegunungan, alat tersebut dapat meringankan pekerjaan petani saat waktunya tiba menyemprotkan pestisida ke tanaman.
Persiapan tim Untidar untuk lomba PCTA tingkat nasional, katanya, telah dilakukan sejak bulan lalu, antara lain persiapan esai, pembuatan video "leaflet", dan kostum.
Ia mengatakan pada lomba tahun ini selain pembuatan esai, peserta juga diminta membawa alat untuk dipresentasikan.
"Lomba kali ini tidak hanya debat tetapi juga membuat esai dan produk untuk dipresentasikan serta diuji secara isi, manfaat, kegunaan, dan keefektifannya," katanya.
Pewarta : M. Hari Atmoko
Editor : Heru Suyitno
Copyright © ANTARA 2024