China dukung Indonesia jadi pusat produksi vaksin regional
Jumat, 15 Januari 2021 10:29 WIB
Presiden Joko Widodo disuntik dosis pertama vaksin COVID-19 produksi Sinovac oleh vaksinator Wakil Ketua Dokter Kepresidenan Prof Abdul Mutalib (kanan) di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (13/1/2021). ANTARA/HO-Biro Pres Setpres/Muchlis Jr/aa. Handout Biro Pres Setpres/Muchlis Jr
Beijing (ANTARA) - Pemerintah China mendukung Indonesia menjadi pusat produksi vaksin regional sehingga kedua negara bisa berkontribusi terhadap pembangunan kesehatan umat manusia.
"Saya telah memperhatikan laporan tersebut (siaran langsung Presiden Indonesia Joko Widodo disuntik vaksin Sinovac). China dan Indonesia merupakan mitra strategis penting," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Zhao Lijian dalam pernyataan tertulis yang diterima ANTARA Beijing, Jumat.
Menurut dia, kerja sama vaksin kedua negara tersebut menunjukkan adanya saling percaya dalam menjalin kerja sama praktis dan strategis.
"Oleh karena itu, China siap meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan, produksi, dan pengadaan vaksin," ujarnya.
Baca juga: Tim WHO tiba di Wuhan selidiki asal-usul COVID-19
Sebelumnya China juga mengajak Indonesia untuk bersama-sama mendukung ketersediaan dan keterjangkauan vaksin COVID-19 di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam.
Pernyataan tersebut disampaikan (MFA) untuk menanggapi dikeluarkannya sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac.
Pihak Sinovac sendiri makin percaya diri atas vaksin yang dikembangkannya setelah penyuntikan terhadap Presiden Jokowi mendapatkan perhatian publik, tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara.
Bahkan, peristiwa tersebut tidak luput dari sorotan media-media di China.
Vaksin CoronaVac (buatan Sinovac) efektif dan aman, demikian pernyataan CEO Sinovac Biontech Yin Weidong dalam jumpa pers di Beijing setelah menyaksikan vaksinasi terhadap Presiden Jokowi pada Rabu (13/1) itu.
Menurut dia, vaksin yang sampai saat ini masih menjalani uji klinis tahap ketiga di Brazil, Turki, dan Indonesia itu menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung kondisi masyarakat ketiga negara.
Ia menyebutkan di Turki efikasinya 91,3 persen, sedangkan di China dan Indonesia bisa mengatasi kasus infeksi ringan, masing-masing 78 persen dan 65,3 persen.
Baca juga: China larang masuk dua anggota tim WHO usai terbukti positif COVID-19
Baca juga: Masjid di Beijing ditutup lagi per 1 Januari 2021
"Saya telah memperhatikan laporan tersebut (siaran langsung Presiden Indonesia Joko Widodo disuntik vaksin Sinovac). China dan Indonesia merupakan mitra strategis penting," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Zhao Lijian dalam pernyataan tertulis yang diterima ANTARA Beijing, Jumat.
Menurut dia, kerja sama vaksin kedua negara tersebut menunjukkan adanya saling percaya dalam menjalin kerja sama praktis dan strategis.
"Oleh karena itu, China siap meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan, produksi, dan pengadaan vaksin," ujarnya.
Baca juga: Tim WHO tiba di Wuhan selidiki asal-usul COVID-19
Sebelumnya China juga mengajak Indonesia untuk bersama-sama mendukung ketersediaan dan keterjangkauan vaksin COVID-19 di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam.
Pernyataan tersebut disampaikan (MFA) untuk menanggapi dikeluarkannya sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac.
Pihak Sinovac sendiri makin percaya diri atas vaksin yang dikembangkannya setelah penyuntikan terhadap Presiden Jokowi mendapatkan perhatian publik, tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara.
Bahkan, peristiwa tersebut tidak luput dari sorotan media-media di China.
Vaksin CoronaVac (buatan Sinovac) efektif dan aman, demikian pernyataan CEO Sinovac Biontech Yin Weidong dalam jumpa pers di Beijing setelah menyaksikan vaksinasi terhadap Presiden Jokowi pada Rabu (13/1) itu.
Menurut dia, vaksin yang sampai saat ini masih menjalani uji klinis tahap ketiga di Brazil, Turki, dan Indonesia itu menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung kondisi masyarakat ketiga negara.
Ia menyebutkan di Turki efikasinya 91,3 persen, sedangkan di China dan Indonesia bisa mengatasi kasus infeksi ringan, masing-masing 78 persen dan 65,3 persen.
Baca juga: China larang masuk dua anggota tim WHO usai terbukti positif COVID-19
Baca juga: Masjid di Beijing ditutup lagi per 1 Januari 2021
Pewarta : M. Irfan Ilmie
Editor : Mahmudah
Copyright © ANTARA 2024