Kelompok tani muda Semarang kembangkan budi daya pepaya sistem terpadu
Rabu, 12 Juni 2024 8:35 WIB
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menunjukkan pepaya Hawai dan California hasil budi daya Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri di Kecamatan Gunungpati, Semarang, Selasa (11/6/2024). (ANTARA/HO-Pemkot Semarang)
Semarang (ANTARA) - Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri di Kecamatan Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, sukses mengembangkan budi daya pepaya organik dengan sistem pertanian terpadu.
Mujiono, salah satu anggota Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri Gunungpati, di Semarang, Selasa, mengatakan budi daya pepaya dilakukan di lahan seluas 3 hektare.
"Ada tiga jenis pepaya yang ditanam, yaitu pepaya Hawai, California, dan Thailand. Yang membedakan, kami 'full organik sampai pestisida, kami mandiri buat sendiri semua," katanya.
Hal tersebut disampaikannya di sela panen pepaya Hawai dan California di kebun milik Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri yang dihadiri Wali Kota Semarang dan pejabat dinas terkait.
Mujiono mengaku sudah memiliki "supplier" tersendiri dengan harga pepaya miliknya berada di atas harga rata-rata pepaya di pasaran.
Diakuinya, pertanian dengan konsep organik tersebut menjadi nilai tambah dalam pemasaran hasil panen pepaya itu.
Menurut dia, kelebihan pepaya organik adalah buahnya lebih manis dan lebih tahan lama sehingga untuk kesehatan pastinya juga lebih bagus.
"Dengan Bu Wali (Wali Kota Semarang, red.) ke sini, harapannya melihat langsung dan bisa dicontohkan kepada petani-petani lain," kata Mujiono.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengaku kagum
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita ini mengaku kagum dengan kemandirian kelompok tani tersebut, termasuk dalam memenuhi kebutuhan pupuk.
"Di sini semuanya terintegrasi dalam pertanian terpadu. Ada peternakan sapi dan kambing yang kotoran dan kencingnya dimanfaatkan untuk pupuk pertanian," kata Ita, sapaan akrabnya.
Berbeda dengan yang lain, kata dia, sistem pertaniannya sangat terintegrasi dan terpadu, termasuk pupuk yang digunakan hingga pestisidanya berasal dari bahan-bahan organik, seperti kotoran ternak dan sampah rumput sisa pakan ternak.
Tak hanya itu, lanjut dia, pepaya yang ditanam juga menggunakan konsep tumpang sari dengan sayur-sayuran. Bedanya, model tumpang sari dilakukan menggunakan pembatas plastik agar tanaman lain dan pepaya tidak berebut nutrisi.
Dalam distribusi hasil panen, ia mengatakan mereka juga sudah memiliki pasar tersendiri dan memiliki "offtaker" atau pemasok kebutuhan serta suplier besar untuk memasarkan pepaya hasil panen.
"Yang luar biasa lagi, penghasilan petani untuk lahan 1 hektare yang ditanami pepaya dan jenis tanaman lain, mencapai Rp450 juta selama tiga tahun usia pohon pepaya. Apalagi, 'offtaker'-nya sudah jelas," katanya.
Karena itu, Ita mengajak para petani dan kelompok tani lainnya di Kota Semarang mengimplementasikan sistem integrasi dan pertanian terpadu seperti yang digunakan Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri Gunungpati.
Baca juga: Bupati Purbalingga: Jalan usaha tani tingkatkan perekonomian petani
Mujiono, salah satu anggota Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri Gunungpati, di Semarang, Selasa, mengatakan budi daya pepaya dilakukan di lahan seluas 3 hektare.
"Ada tiga jenis pepaya yang ditanam, yaitu pepaya Hawai, California, dan Thailand. Yang membedakan, kami 'full organik sampai pestisida, kami mandiri buat sendiri semua," katanya.
Hal tersebut disampaikannya di sela panen pepaya Hawai dan California di kebun milik Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri yang dihadiri Wali Kota Semarang dan pejabat dinas terkait.
Mujiono mengaku sudah memiliki "supplier" tersendiri dengan harga pepaya miliknya berada di atas harga rata-rata pepaya di pasaran.
Diakuinya, pertanian dengan konsep organik tersebut menjadi nilai tambah dalam pemasaran hasil panen pepaya itu.
Menurut dia, kelebihan pepaya organik adalah buahnya lebih manis dan lebih tahan lama sehingga untuk kesehatan pastinya juga lebih bagus.
"Dengan Bu Wali (Wali Kota Semarang, red.) ke sini, harapannya melihat langsung dan bisa dicontohkan kepada petani-petani lain," kata Mujiono.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengaku kagum
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita ini mengaku kagum dengan kemandirian kelompok tani tersebut, termasuk dalam memenuhi kebutuhan pupuk.
"Di sini semuanya terintegrasi dalam pertanian terpadu. Ada peternakan sapi dan kambing yang kotoran dan kencingnya dimanfaatkan untuk pupuk pertanian," kata Ita, sapaan akrabnya.
Berbeda dengan yang lain, kata dia, sistem pertaniannya sangat terintegrasi dan terpadu, termasuk pupuk yang digunakan hingga pestisidanya berasal dari bahan-bahan organik, seperti kotoran ternak dan sampah rumput sisa pakan ternak.
Tak hanya itu, lanjut dia, pepaya yang ditanam juga menggunakan konsep tumpang sari dengan sayur-sayuran. Bedanya, model tumpang sari dilakukan menggunakan pembatas plastik agar tanaman lain dan pepaya tidak berebut nutrisi.
Dalam distribusi hasil panen, ia mengatakan mereka juga sudah memiliki pasar tersendiri dan memiliki "offtaker" atau pemasok kebutuhan serta suplier besar untuk memasarkan pepaya hasil panen.
"Yang luar biasa lagi, penghasilan petani untuk lahan 1 hektare yang ditanami pepaya dan jenis tanaman lain, mencapai Rp450 juta selama tiga tahun usia pohon pepaya. Apalagi, 'offtaker'-nya sudah jelas," katanya.
Karena itu, Ita mengajak para petani dan kelompok tani lainnya di Kota Semarang mengimplementasikan sistem integrasi dan pertanian terpadu seperti yang digunakan Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri Gunungpati.
Baca juga: Bupati Purbalingga: Jalan usaha tani tingkatkan perekonomian petani
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024
Terkait
Unsoed-UHB bantu petani Desa Winduaji melalui budi daya jamur untuk atasi stunting dan kemiskinan
01 December 2024 14:58 WIB
Pelaku bawa Toyota Alphard angkut ratusan ribu rokok ilegal, diserahkan ke kejaksaan
20 November 2024 8:06 WIB
Tim dosen Unsoed dampingi petani stroberi bikin pupuk-pestisida ramah lingkungan
12 October 2024 15:38 WIB
Cegah Mpox, Indonesia kembali terapkan sistem deteksi dini bagi pendatang dari luar negeri
27 August 2024 12:38 WIB