Solo (ANTARA) - Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta (AK Tekstil) siap memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk industri di dalam negeri, terlebih prediksi asosiasi butuh tambahan 3,9 juta naker tahun 2030.

Direktur AK Tekstil Surakarta Wawan Ardi Subakdo pada gelar wicara bertajuk Menuju Era Kebangkitan Industri Tekstil dan Produk Tekstil Dengan Menyiapkan SDM Berkompeten dan Siap Kerja di Solo, Jawa Tengah, Kamis, mengatakan sebetulnya Indonesia punya potensi menjadi penghasil tekstil utama.

“Namun saat ini kita adalah pasar tekstil utama. Kesempatan masih ada untuk menjadi penghasil tekstil utama,” katanya.

Terkait hal itu, pihaknya siap mendukung terciptanya ekosistem industri tekstil di dalam negeri. Ia mengklaim saat ini permintaan industri terhadap kebutuhan tenaga kerja lulusan AK Tekstil selalu lebih tinggi dari kapasitas yang disediakan oleh AK Tekstil.

“Dengan kompetensi andal dan kualitas bagus maka para lulusan akan menjadi bagian dari kebangkitan industri tekstil dalam negeri,” katanya.

Dalam hal ini, dikatakannya, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan industri.

“Ini menjadi kunci terciptanya ekosistem dalam mendukung pertumbuhan industri tekstil ke depan. Bahkan sektor ini bisa jadi tulang punggung ekonomi nasional yang terus tumbuh positif dan berdaya saing,” katanya.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah Liliek Setiawan mengatakan posisi industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia sangat krusial.

“Sampai tahun 2023 industri TPT masih jadi penyumbang ekspor terbesar setelah migas. Bahkan saat COVID-19 industri TPT masih memberikan kontribusi sebesar 14,22 miliar dolar AS. Saat itu sektor ini menjadi jejaring pengaman sosial karena mampu menyerap sekitar 4,5 juta pekerja,” katanya.

Pihaknya berharap pada tahun 2030 industri TPT bisa mencapai angka ekspor hingga 48 miliar dolar AS dengan kenaikan pangsa pasar dari 1,47 persen menjadi 5 persen.

“Kami lakukan lebih moderat, kami harapkan hasilnya lebih tinggi dari target. Untuk itu perlu tambahan tenaga kerja hingga 3,9 juta lagi. Dengan peningkatan sektor tekstil tentu punya peran menyerap bonus demografi yang akan datang,” katanya.