Kendal (ANTARA) - Kelas 5 SDN 4 Banyuringin menghadapi tantangan besar dalam pembelajaran IPAS, khususnya materi energi listrik. Perbedaan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, analitis, dan memahami materi kerap menjadi penghalang dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Beberapa siswa mampu menyerap materi dengan cepat, sementara yang lain memerlukan bimbingan lebih intensif. Situasi ini sering kali membuat pembelajaran terasa monoton dan kurang efektif.

Sebagai upaya menciptakan suasana belajar yang lebih hidup dan inklusif, metode "Supostion Bertorbaya" dikembangkan. Metode ini, yang merupakan akronim dari Study Post Rotation Bersama Tutor Sebaya, dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pendekatan ini menggabungkan konsep pembelajaran berbasis pos dengan peran tutor sebaya.

Metode ini muncul setelah mendapatkan pendampingan dari tim Srikandi, sebuah inisiatif dari proyek Fasda Perubahan 2.0. Saat lesson study bersama tim yang merupakan fasilitator dari Tanoto Foundation tersebut, gagasan untuk mengintegrasikan numerasi ke dalam mata pelajaran selain Matematika mulai muncul. Ide ini kemudian diwujudkan dalam pembelajaran IPAS dengan fokus pada materi energi listrik.

Setiap pos pembelajaran didesain sesuai tahapan proses ilmiah, seperti mengamati, menanya, memprediksi, merencanakan penyelidikan, menganalisis data, hingga mengomunikasikan hasil.

Siswa berpindah dari satu pos ke pos lainnya untuk menyelesaikan aktivitas pembelajaran. Tutor sebaya, yang dipilih berdasarkan kemampuan berpikir kritis dan komunikasi, membantu siswa lain memahami tugas di setiap pos.

Kelompok belajar dibentuk secara heterogen, terdiri dari siswa dengan kemampuan yang bervariasi. Ketua kelompok dan tutor sebaya bekerja sama mendampingi siswa dengan kebutuhan belajar yang lebih tinggi, sehingga tercipta suasana kolaboratif yang saling mendukung.

Pos 1 berfokus pada pengamatan dan pertanyaan mendasar menggunakan media video pembelajaran dan daftar pertanyaan. Pos 2 dirancang untuk melakukan percobaan membuat rangkaian listrik sederhana, termasuk kegiatan siswa mengukur alat dan bahan yang telah disiapkan. Pos 3 melibatkan evaluasi dan refleksi hasil percobaan, yang kemudian dipresentasikan menggunakan Canva.

Sebagai tambahan, gamifikasi online digunakan dalam pembelajaran untuk menciptakan pengalaman yang lebih menarik. Gamifikasi ini diterapkan pada tahap apersepsi untuk membuka pembelajaran dengan kuis interaktif, sekaligus digunakan pada asesmen sumatif di akhir pembelajaran untuk mengukur pemahaman siswa secara menyenangkan. Pendekatan ini berhasil meningkatkan antusiasme siswa dan membuat mereka lebih bersemangat dalam mempelajari materi.

Violla Ismiadhea, siswa kelas 5 yang bertugas sebagai tutor sebaya, berbagi pengalaman bahwa perannya membantu teman-teman di pos pembelajaran membuatnya merasa lebih memahami materi. "Ketika saya membantu teman memahami materi, saya juga jadi lebih paham. Rasanya bangga saat teman-teman bisa memahami penjelasan saya, dan kami berhasil menyelesaikan tantangan bersama," ungkapnya.

Metode Supostion Bertorbaya berhasil menciptakan suasana kelas yang lebih dinamis dan menyenangkan. Siswa yang biasanya pasif menjadi lebih percaya diri, sementara siswa lain merasa lebih diperhatikan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kolaborasi terlihat jelas selama proses pembelajaran.

Keberhasilan metode ini membuktikan bahwa inovasi sederhana dapat membawa perubahan besar. Dengan pendekatan yang melibatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, Supostion Bertorbaya tidak hanya meningkatkan pemahaman materi, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial mereka.

Inovasi ini diharapkan menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk menerapkan pembelajaran yang inklusif dan kreatif. Dengan semangat kolaborasi dan keterlibatan aktif, pendidikan di Indonesia dapat terus maju dan menciptakan generasi yang lebih percaya diri, kritis, dan kreatif. ***

*) Penulis adalah Koordinator Guru Penggerak A9 Kabupaten Kendal, Guru SDN 4 Banyuringin, Kendal