Kudus (ANTARA) - Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menjadi wakil Indonesia untuk survei global Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) terkait keterampilan sosial emosional siswa.
"Sebagai satu-satunya kota perwakilan Indonesia dalam survei global ini, Kudus telah menunjukkan komitmen terhadap pembelajaran sosial emosional melalui aneka program strategis, yang didukung oleh mitra seperti Djarum Foundation, sehingga membantu mempercepat penerapan praktik baik di sekolah," kata Penjabat Bupati Kudus Muhammad Hasan Chabibie, di Kudus, Minggu.
Terkait peluncuran survei bertema “Menuju Generasi Cerdas Sosial Emosional: Temuan Global dan Praktik Baik Kudus untuk Indonesia" di SD Masehi Kudus, ia mengatakan, sistem pendidikan akan terus berkembang, keterampilan sosial emosional akan berpurwarupa menjadi salah satu hard skills yang dibutuhkan dunia.
"Bagi saya, ini merupakan suatu hal yang menggembirakan. Praktik-praktik baik yang sudah berjalan di Kudus ini perlu dipertajam lagi sekaligus melakukan scale-up melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah ke sekolah-sekolah lain di seluruh daerah di Indonesia," ujarnya.
Temuan survei keterampilan sosial emosional OECD di Kudus, kata dia, turut memperlihatkan bahwa akar budaya yang kuat dapat memberi pengaruh positif bagi keterampilan sosial emosional siswa di masa depan.
"Menempatkan pendidikan sebagai budaya dan membudayakan pendidikan, merupakan fondasi dalam menumbuhkan keterampilan sosial emosional pada siswa. Ibarat pohon dengan masa depan yang selalu berganti, keterampilan sosial emosional merupakan akar yang menguatkan untuk terus tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi dunia yang penuh ketidakpastian," katanya.
Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan dan Keterampilan OECD, mengungkapkan survei OECD merupakan upaya internasional komprehensif untuk mendokumentasikan keterampilan sosial emosional siswa, serta kondisi dan praktik yang mendukung pengembangannya.
Survei tersebut, kata dia, melibatkan lebih dari 70.000 siswa berusia 10 dan 15 tahun, di 16 lokasi global, termasuk Helsinki (Finlandia), Gunma (Jepang), dan Delhi (India). Tahun ini menjadi momentum penting bagi Indonesia, dengan bergabungnya Kudus sebagai wakil Indonesia.
Menurut dia, keterampilan sosial emosional merupakan bekal penting yang membuat kita menjadi lebih manusia di tengah gempuran teknologi, seperti artificial intelligence atau kecerdasan buatan.
"Hal ini menjadi fondasi yang kokoh untuk berkontribusi pada dunia yang berkelanjutan. Meningkatnya keterampilan sosial emosional juga akan mengatrol sosial ekonomi, sehingga menjadi penting untuk terus meningkatkan keterampilan tersebut pada siswa," ujarnya.
Ia juga mengapresiasi Kudus dan Indonesia atas komitmennya yang tinggi dalam mengedepankan pengembangan keterampilan sosial emosional di sekolah. Saat berkunjung ke beberapa sekolah, dia merasakan suasana hangat di kelas dan hubungan yang dekat antara guru dan anak-anak didiknya.
Beberapa temuan utama dalam survei global social emotional skills (SES) OECD meliputi kunci keberhasilan holistik, penurunan kreativitas dan rasa ingin tahu di masa remaja, komitmen kuat pendidik Indonesia, penciptaan lingkungan sekolah aman untuk keberhasilan siswa, serta pemberian umpan balik positif ke siswa.
"Di Kudus, menerima umpan balik guru yang lebih sering paling erat kaitannya dengan motivasi berprestasi, rasa ingin tahu, keramahan, kepercayaan, dan toleransi," katanya.
Koordinator Nasional Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Ananto Kusuma Seta mengapresiasi temuan survei OECD yang dinilai tepat waktu dan selaras dengan arah kebijakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Abdul Mu’ti untuk meningkatkan keterampilan sosial emosional siswa, dengan konsep pembelajaran yang mindful, meaningful, joyful.
"Temuan survei OECD di Kudus menguatkan bahwa keterampilan sosial emosional itu sangat penting untuk menuntun para siswa sukses di masa depan. Bahwa keterampilan di abad 21 kini bukan hanya diukur dari skor PISA, tetapi perlu juga dilihat dan komplementer dengan skor sosial emosional. Dari temuan ini, Kudus telah menorehkan awal yang bagus dan secara umum posisi kita di atas rata-rata. Pendidikan kita di Kudus masih lebih baik dari Singapura dan Jepang soal sosial emosional," ujarnya.
Selain relevansi kebijakan pada tingkat nasional, temuan ini memiliki potensi untuk memperkuat dan memperluas praktik baik yang sudah ada di Kudus.