Apalagi jika menghadiri jamuan makan yang menjadi salah satu tolok ukur keberlangsungan karier, tentu etika di meja makan harus dijaga.

Dari etika di meja makan dalam sebuah acara jamuan makan, tanpa disadari, akan dengan mudah diketahui latar belakang pendidikan, latar belakang sosial, bakat, kebiasaan, hingga kecakapan seseorang.

Alasan itu juga yang kemudian menjadikan banyak orang tidak sekadar ingin mengetahui mengenai tata krama saat makan, tetapi juga sebagai modal awal sebuah karier.

Pepatah yang menyebutkan bahwa "Jangan hanya lihat penampilan luar seseorang", tidak selama benar karena sampai sekarang visualisasi penampilan disadari atau tidak masih menjadi faktor utama orang lain memberikan respon dan penilaian awal.

Berawal dari meja makan, seseorang akan terlihat kepribadian dirinya atau bahkan secara ekstrim tata cara di meja makan menjadi cermin diri kepribadian.

Jika di meja makan saja jorok, tentu penilaian berikutnya yang muncul adalah kebiasaan yang tidak bagus hingga diragukan dapat menghandle sebuah pekerjaan.

Oleh karena itu, "Food and Beverage Manager" Hotel Patra Jasa yang juga instruktur "Table Manner" di Patra Semarang Convention Hotel Suwardi menyatakan benar jika sebuah karier pun dapat diselamatkan dengan "table manner" (tata krama di meja makan), karena di meja makan citra diri dan profesionalisme diri akan terlihat.

"Orang lain akan melihat, mengenali, sekaligus menilai penampilan diri dan sebaliknya meja makan juga menjadi tempat terpenting untuk menonjolkan etika diri dan pembawaan diri di meja makan," kata Suwardi.

Alasan itulah yang menjadikan banyak orang mulai tertarik untuk mempelajari table manner dan hal dasar yang harus dimengerti seperti makan harus dengan tangan kanan (Table Manner Syariah) atau garpu di tangan kanan (internasional), dan banyak hal dasar lainnya yang perlu diketahui untuk menguasai table manner.

Mulai dari serbet makan (guest napkin), sebelum jamuan makan dimulai serbet makan dibuka dan diletakkan di pangkuan. Serbet makan digunakan untuk menyeka bibir saat ada sisa makanan yang tertinggal dengan cara serbet dicepit dengan jari tengah dan telunjuk.

Setelah menggunakan serbet makanan untuk menyeka bibir, harus dikembalikan lagi ke pangkuan.

Dalam jamuan makanan, biasanya gelas minum yang disediakan adalah gelas berkaki (water goblet) dan cara memegangnya tidak boleh secara keseluruhan body gelas, tapi cukup dengan menyelipkannya di antara jari tengah dan telunjuk pada bagian kaki gelas.

"Untuk penggunaan pisau makan, harus dipegang dengan tangan kanan dan ujung pisau harus mengarah keluar, bukan ke arah tubuh. Pisau tidak harus dimasukkan di antara gigi garpu, dan larangan menggunakannya untuk mencocok dan memasukkan makanan ke dalam mulut," kata Suwardi.

Penggunakan garpu makan, juga tidak jauh beda dengan pisau. Hanya saja untuk garpu saat dipakai dengan pisau, maka dipegang sebelah kiri dalam posisi tengkurap.

Hal lain yang juga perlu diketahui, dalam "table manner" internasional atau jamuan resmi biasanya diawali dengan mengangkat gelas bersama-sama atau menyentuhkan gelas dengan gelas yang lainnya sembari mengucapkan "toast".

"Toast" tersebut merupakan lambang kebersamaan. Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak bersedia mengangkat gelas dapat diartikan tidak mau diajak sebagai mitra kerja.

Mereka yang dituakan atau dianggap paling tinggi jabatannya, akan menjadi "toast master" dan setelah toast tersebut, tidak ada keharusan untuk meminumnya.

Dalam jamuan makan, biasanya di meja makan akan terdapat daftar menu makanan yang akan dihidangkan dan hal tersebut dapat membantu mengukur kemampuan perut untuk makan dan mengantisipasi ada makanan yang tidak diperbolehkan dengan alasan kesehatan dan kita dapat meminta untuk menukarnya.

Pada saat minum kuah sop, tidak ada larangan untuk "nguyup" dan hal itu bukan berarti serakah atau "nggragas", tetapi justru hal tersebut merupakan salah satu penghormatan untuk tuan rumah.

Pembawaan diri yang tepat dan tenang dalam setiap sesi jamuan makan itulah yang menunjukkan kepribadian seseorang, karena tidak sekadar hal dasar tersebut, sikap duduk dan cara berbicara pada jamuan makan juga menjadi bagian penilaian.

Untuk sikap duduk, posisi tubuh saat makan tidak boleh condong ke depan dan tidak boleh membungkuk, makanan yang mendekati mulut, bukan mulut yang mendekati makanan.


Peminat Table Manner
Sekarang ini "table manner' semakin banyak peminatnya, tidak hanya perseorangan, tetapi sekolah, dan perusahaan.

Di Semarang salah satu peminat "table manner" adalah para taruna Akademi Kepolisian (Akpol) yang setiap tahunnya mengirimkan seluruh siswanya. Bahkan "table manner" telah menjadi prasyarat yang harus dikuasai sebelum lulus.

Hotel Patra Semarang, lanjut Suwardi, juga membuka kelas "table manner" dan jumlah sertifikat yang telah dikeluarkan menunjukkan tren naik.

Tahun 2010, jumlah sertifikat lulus mengikuti table manner yang telah dikeluarkan Hotel Patra sebanyak 1.400 sertifikat dan di tahun 2011 penyerahan sertifikat kepada mereka yang telah mengikuti table manner mengalami peningkatan.

"Setiap tahun minimal 100 hingga 125 orang yang ikut dalam setiap kelas table manner," katanya.

Tidak hanya untuk orang dewasa, pentingnya table manner juga sudah mulai terlihat dengan indikator, anak-anak banyak diikutkan dalam kelas table manner.

Soal harga, kelas table manner membanderol harga antara Rp80 ribu hingga Rp100 ribu, tergantung menu yang dihidangkan.

Untuk anak-anak, menunya biasanya lebih sederhana seperti sayuran bisa menjadi kue yang menarik.

"Saya tertarik belajar table manner karena kantor sering mendapatkan undangan jamuan makan," kata Indah (31) karyawan swasta di Semarang.