BPBD: Banyumas Rawan Gempa Bumi
Selasa, 18 September 2012 13:27 WIB
"Kabupaten Banyumas berdasarkan data nasional berada pada urutan delapan kerawanan bencana, posisi yang cukup tinggi," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Banyumas Cahyono di Purwokerto, Selasa.
Cahyono mengatakan hal itu kepada wartawan di sela-sela kegiatan simulasi penanggulangan gempa bumi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Purwokerto yang diselenggarakan oleh BPBD, Dinas Pendidikan, dan Palang Merah Indonesia Cabang Banyumas.
Menurut dia, wilayah Banyumas berada di lingkar lempeng Eurasia sehingga rawan terkena dampak gempa tektonik.
"Kita juga punya Gunung Slamet sehingga rawan terjadi gempa vulkanik," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, kegiatan prabencana harus diperkenalkan sedini mungkin sehingga masyarakat siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana.
"Latihan seperti ini sangat diperlukan. Kalau sewaktu-waktu terjadi gempa, kita sudah siap, minimal bisa menyelamatkan diri," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya mendorong simulasi penanggulangan bencana tersebut dapat dilaksanakan oleh sekolah-sekolah lainnya di Kabupaten Banyumas.
Sementara itu, Kepala SMPN 3 Purwokerto Mursidi mengatakan, simulasi ini ditujukan untuk mempersiapkan siswa-siswi dalam menghadapi bencana sehingga dapat meminimalkan terjadinya korban.
Kegiatan ini melibatkan sekitar 800 orang yang terdiri guru, karyawan, dan seluruh siswa SMPN 3 Purwokerto.
"Oleh karena kegiatan ini merupakan yang pertama di Kabupaten Banyumas, kami juga mengundang RT, RW, dan sekolah-sekolah di sekitar SMPN 3 Purwokerto seperti SMAN 5 Purwokerto, SMPN 2 Purwokerto, serta sejumlah sekolah dasar di Kelurahan Sokanegara," katanya.
Salah seorang petugas PMI Cabang Banyumas Juniarto mengatakan, simulasi penanggulangan bencana gempa bumi ini perlu diselenggarakan di sekolah-sekolah.
Menurut dia, hal itu disebabkan kebanyakan sekolah memiliki keterbatasan lahan untuk evakuasi dan kondisi bangunan yang dikhawatirkan rentan roboh saat terjadi gempa.
"PMI bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama-sama membentuk sekolah siaga bencana agar siswa selalu siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga korban dapat diminimalkan," katanya.
Dari pantauan, simulasi tersebut menggambarkan kejadian gempa yang cukup kuat dirasakan sehingga pihak sekolah segera membunyikan sirine di saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Kepala sekolah juga menugaskan staf bagian tata usaha untuk menginformasikan jika terjadi gempa bumi dan meminta seluruh penghuni sekolah segera menyelamatkan diri ke zona aman yang telah disiapkan sebelumnya.
Seluruh siswa dari kelas VII hingga IX yang berada di lantai satu hingga tiga berlarian ke luar ruangan dan menuju ke zona aman di halaman sekolah sembari meletakkan tas di atas kepala mereka untuk mengantisipasi kemungkinan adanya benda-benda yang berjatuhan dari bagian atas bangunan.
Selama proses evakuasi berlangsung, seluruh penghuni sekolah dapat dikondisikan sehingga semuanya berjalan dengan tertib dan lancar.
Simulasi tersebut juga menggambarkan kesigapan anggota palang merah remaja menolong tujuh siswa tertimbun reruntuhan sebuah bangunan yang sedang dalam perbaikan.
Setelah situasi dinyatakan aman dan seluruh siswa telah didata oleh tim tanggap darurat, pihak sekolah segera berkoordinasi dengan dinas terkait guna mengambil kebijakan lebih lanjut.
Salah seorang siswi terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena terluka saat lari ke luar kelas ketika simulasi tersebut berlangsung.
"Siswi tersebut satu minggu lalu mengalami luka bakar dan hingga saat ini masih ada yang melepuh. Kemungkinan ada yang pecah saat sedang berlari, sehingga siswi tersebut kami bawa ke rumah sakit," kata Juniarto.
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Zaenal A.
Copyright © ANTARA 2024