Wisata bahari di Pulau Karimunjawa yang berpenduduk 10.200 jiwa itu mampu menyihir setiap wisatawan yang datang. Apalagi, suasana alam sekitar masih terjaga dan alami serta menyimpan berbagai pemandangan alam yang tak ada di tempat lain.

Di tengah keindahan alaminya, Pulau Karimunjawa masih memiliki sejumlah kelemahan, seperti transportasi laut yang tidak bisa beroperasi secara kontinu karena harus disesuaikan dengan cuaca laut.

Setiap memasuki musim baratan atau gelombang tinggi, alat transportasi laut yang merupakan satu-satunya alat transportasi menuju lokasi objek dipastikan tidak bisa beroperasi karena mengancam keselamatan jiwa.

Kondisi tersebut, juga dialami sekitar 800-an wisatawan lokal dan mancanegara yang kebetulan berada di Pulau Karimunjawa selama beberapa hari ini tidak bisa pulang sesuai dengan jadwal.

Gelombang tinggi di laut Karimunjawa mulai terlihat sejak Selasa (2/7) yang bertepatan dengan jadwal keberangkatan Kapal Motor Penumpang (KMP) Muria dari Pelabuhan Karimunjawa menuju Pelabuhan Jepara.

"Saya sendiri memang merasakan dampak cuaca buruk di Perairan Karimunjawa, memaksa harus menunggu selama tiga hari baru bisa diseberangkan," kata wisatawan asal Purwokerto, Hisyam.

Kondisi tersebut, kata dia, membuat pengeluarannya makin membengkak karena harus beli makan dan minum selama menunggu cuaca laut membaik.

Beruntung, lanjut dia, biaya penginapan sudah ditanggung biro wisata sehingga tidak perlu mengeluarkan dana tambahan untuk penginapan.

Ia bersama tujuh temannya tiba di Karimunjawa pada tanggal 29 Juni 2013 dan berencana pulang 2 Juli 2013. Namun, tertunda akibat cuaca laut di daerah setempat.

Meski demikian, Hisyam yang mengaku masih duduk di bangku SMA itu tidak kapok datang kembali ke Karimunjawa.

"Maklum, objek wisata yang ada di Karimunjawa memang menarik dikunjungi kembali karena panorama laut dan alamnya yang masih alami menjadi salah satu daya tarik tersendiri," ujarnya.

Ungkapan keindahan panorama alam di Karimunjawa juga disampaikan oleh wisatawan asing asal Jerman, Jose. Dia mengakui bahwa objek wisata di Karimunjawa memang indah dan menarik siapa pun yang berkunjung ke tempat itu.

Iwan, wisatawan asal Yogyakarta, mengaku bahwa dirinya baru pertama berkunjung ke Karimunjawa dan menganggap panorama alamnya memang relatif cukup menarik.

Meskipun sempat tertahan tidak bisa pulang sesuai dengan jadwal, dia menganggap hal itu bukan persoalan yang bisa mengurangi niatnya untuk kembali berlibur di Karimunjawa.

"Setiap objek wisata yang hanya bisa ditempuh dengan transportasi laut, tentunya sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca laut," ujarnya.

Ia mengaku sudah mengetahui bahwa di Karimunjawa juga mengalami hal serupa. Ketika terjadi cuaca buruk, kapal yang menjadi satu-satunya alat transportasi menuju Karimunjawa tentunya akan terganggu.

Hanya saja, kata dia, untuk berlibur ke Karimunjawa memang harus menyiapkan uang yang relatif cukup sehingga ketika terjadi cuaca serupa tidak khawatir kelaparan.

Diskon Penginapan
Persoalan cuaca laut yang terkadang terjadi ombak tinggi sehingga wisatawan yang terlanjur berlibur di Karimunjawa harus tertahan selama beberapa hari sudah diantisipasi oleh pemerintah setempat, di antaranya memberikan imbauan kepada pemilik penginapan maupun "home stay" untuk memberikan diskon bagi wisatawan yang memang belum bisa pulang karena terjadi gelombang tinggi di laut.

"Imbauan agar pemilik jasa penginapan memberikan diskon kepada wisatawan yang tidak bisa pulang akibat cuaca laut selalu disampaikan setiap terjadi gelombang tinggi," kata Camat Karimunjawa, Nuryanto.

Selain itu, lanjut dia, wisatawan yang kehabisan bekal juga akan dibantu oleh pemerintah setempat.

Menurut dia, wisatawan yang datang ke Karimunjawa memang harus diperlakukan dengan baik sehingga faktor cuaca laut tidak menjadi kendala bagi mereka untuk mengunjungi kembali Karimunjawa.

Ia juga mengimbau setiap agen perjalanan atau biro wisata yang memberangkatkan wisatawan ke Karimunjawa untuk menginformasikan musim baratan biasanya terjadi setiap Desember hingga Januari sehingga wisatawan tidak kecewa karena harus tertahan dalam jangka waktu tak menentu.

Pemberian diskon untuk sewa kamar memang dirasakan para wisatawan yang kebetulan sempat tertahan selama beberapa hari di Karimunjawa.

Dodi, wisatawan asal Sleman, Yogyakarta, mengaku mendapat diskon sewa penginapan sebesar 50 persen.

"Rencananya, saya mau pulang Kamis (4/7). Namun, karena kapal tidak bisa berangkat akibat ombak tinggi, terpaksa menunggu hingga cuaca normal kembali," ujarnya.

Atas kondisi tersebut, kata dia, pemilik penginapan memberikan potongan sewa 50 persen untuk biaya selama dua hari, mengingat Sabtu (6/7) sudah bisa pulang.

Pengelola Kompak Tour Denny Dinar yang kebetulan memberangkatkan beberapa wisatawan lokal ke Karimunjawa mengatakan bahwa pihaknya sudah menginformasikan kepada setiap wisatawan bahwa kendala berkunjung ke Karimunjawa adalah cuaca laut.

"Bahkan, sudah ada wisatawan dari Medan yang ingin diberangkatkan ke Karimunjawa pekan ini meskipun gelombang tinggi sempat terjadi sejak Selasa (2/7) dan baru mereda Sabtu (6/7)," ujarnya.

Sejumlah wisatawan yang diseberangkan oleh KMP Muria tampak tak bisa menyembunyikan rasa keceriannya ketika kapal bersandar di Pelabuhan Jepara setelah sempat tertahan selama beberapa hari akibat gelombang laut yang relatif cukup tinggi.

Bahkan, beberapa wisatawan tempak bersorak-sorai sambil mengepalkan tangannya karena benar-benar sudah bisa sampai di Kota Jepara sehingga bisa segera pulang ke daerah asalnya masing-masing.