Logo Header Antaranews Jateng

Tekan angka polutan, Dishub DKI perluas ganjil genap

Jumat, 2 Agustus 2019 13:22 WIB
Image Print
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo (kedua kanan) saat memberikan sosialisasi penerapan tilang elektronik di Gedung Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jumat (2/8/2019). (ANTARA/Yogi Rachman)
Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo menyebutkan bahwa rencana perluasan aturan ganjil genap untuk menekan angka polutan yang sebagian besar disumbangkan oleh asap kendaraan bermotor.

Menurut dia, kendaraan bermotor menyumbang hampir 75 persen dari polusi udara di DKI Jakarta berdasarkan hasil kajian.

"Pemprov DKI fokus bagaimana melakukan pengendalian lalu lintas, sehingga polutan yang dihasilkan transportasi bisa kita tekan dan kualitas udara lebih baik," kata Syafrin Liputo, saat memberikan sosialisasi penerapan tilang elektronik, di Gedung Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jumat.

Perluasan ganjil genap, menurut Syafrin Liputo, merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan. Apalagi saat ini tengah memasuki musim kemarau yang berdampak pada gas buang kendaraan yang memperparah polusi udara.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta terburuk di dunia pada Kamis siang

"Ganjil genap diperluas menjadi prioritas kita segera karena sekarang musim kemarau, dan itu berpengaruh gas buang kendaraan bermotor yang tidak langsung turun tapi berada di udara," ujarnya.

Namun, pihaknya masih melakukan kajian terkait waktu implementasi perluasan ganjil genap kendaraan bermotor di sejumlah wilayah DKI Jakarta.

"Oleh sebab itu, untuk perluasan ganjil genap bisa dipercepat, tapi ini masih kajian karena segala sesuatu harus berdasarkan kajian yang komprehensif namun kita prioritaskan di musim kemarau," katanya pula.

Dia menambahkan bahwa sebelum benar-benar diberlakukan perluasan ganjil genap akan dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat luas.

"Setiap kebijakan yang diambil Pemprov DKI tentu melakukan tahapan. Pertama kajian komprehensif, kedua sosialisasi masif, dan ketiga implementasi," kata Syafrin Liputo.

Baca juga: Greenpeace: Pembagian lidah mertua bukan solusi tepat
 

Pewarta :
Editor: Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024