Wakil Rektor UMS Muhammad Dai raih Guru Besar Ilmu Farmasi
Kamis, 5 Desember 2019 22:08 WIB
"Pengobatan untuk penyakit kanker masih menjadi tantangan bagi kita. Selama ini pengobatannya ada tiga kelompok, yaitu radioterapi atau disinar yang berkembang jadi bedah radiasi, ada yang dengan operasi, dan kemoterapi," katanya di Solo, Kamis.
Ia mengatakan dari sisi efektivitasnya metode pengobatan yang ada ini belum bisa dikatakan sangat efektif.
Baca juga: Undip bakal tambah tiga guru besar
"Seperti radioterapi dan pembedahan tidak efektif untuk kanker yang sudah menyebar. Tetap perlu agen kemoterapi yang bisa mengobati kanker secara sistemik, yaitu sifatnya bisa mengobati kanker yang sudah menyebar," katanya.
Ia mengatakan masalah yang dihadapi selama ini adalah sifat obat yang tidak selektif karena tidak hanya menyerang sel kanker tetapi juga sel normal.
"Sehingga obat ini punya efek samping yang besar bagi pasien. Oleh karena itu, pada penelitian ini, saya dengan tim mengembangkan obat kanker dari tanaman karena sebetulnya 60 persen obat kanker berasal dari tanaman obat atau natural produk, salah satunya kurkumin yang diambil dari kunyit," katanya.
Ia mengatakan potensi kandungan pada kurkumin ini cukup bagus tetapi masih ada kelemahannya, yaitu tidak stabil karena berbentuk larutan sehingga cepat rusak.
"Oleh karena itu, pada penelitian ini kami melakukan modifikasi pada kurkumin, yaitu dalam bentuk turunan kurkumin dan analog kurkumin. Yang kami kembangkan adalah antikankernya, menguji analog kurkumin menjadi pentagamavunon," katanya.
Ia mengatakan pentagamavunon ini sifatnya mampu menghambat pertumbuhan sel pada fase khusus atau G2F.
"Akibatnya sel kanker gagal membelah secara sempurna, akhirnya sel mengalami kematian. Selain itu, pada sel normal tidak menyebabkan akibat yang sama atau tidak mengganggu sel normal. Harapannya bisa dikembangkan sebagai produk obat," katanya.
Ia berharap temuan tersebut mampu memberikan kontribusi signifikan pada aktivitas antikanker mengingat hingga saat ini angka kematian akibat kanker masih sangat tinggi.
Berdasarkan data yang diperolehnya, dari 18 juta penderita kanker di dunia, sekitar 9,3 juta di antaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia, angka insidensi kanker sekitar 123 orang dari 100.000 penduduk. Dari angka ini, sekitar 50 persen di antaranya meninggal dunia.
Sementara itu, selain Dai, dosen lain Muhtadi juga berhasil menjadi Guru Besar UMS Bidang Biologi Farmasi. Ia berhasil menjadi Guru Besar usai melakukan riset dengan judul "Peran Kekayaan Hayati Sebagai Sumber Ilmu Kimia, Agen Fitoterapi dan Harta Kekayaan Bangsa Yang terpendam".
Muhtadi dan Muhammad Dai yang akan menjadi Guru Besar ke-27 dan 28 UMS tersebut akan mengikuti upacara pengukuhan pada 7 Desember 2019.
Baca juga: UNS tambah Guru Besar Bidang Ilmu SDM dan Gizi
Pewarta : Aris Wasita
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024