Suasana halalbihalal Syawal 1439 Hijriah masih melingkupi masyarakat, sedangkan nuansa kuat atas peringatan HUT Ke-69 Republik Indonesia atau oleh orang desa dengan akrab dikatakan sebagai "pitulasan" atau "agustusan" juga masih terasa di dusun tempat festival.

Selain itu, festival tersebut juga bertepatan dengan peristiwa nasional terkini, yakni setelah putusan Mahkamah Konstitusi terkait dengan perselisihan hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 yang hasilnya berupa penolakan terhadap gugatan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa atas hasil pemilu presiden.

Selama periode lima tahun ke depan, 2014-2019, negeri kepulauan bernama Republik Indonesia bakal dipimpin oleh pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

Festival Lima Gunung secara rutin dan mandiri setiap tahun, sejak 2002, digelar Komunitas Lima Gunung, terutama untuk ajang silaturahim seniman petani di kawasan Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh bersama relasinya yang cukup luas di berbagai kota dan luar negeri.

Akan tetapi, secara khusus pada 2014, festival tersebut juga tertangkap mereka menjadi ajang merayakan kegembiraan atas kepastian siapa yang bakal menjadi pimpinan nasional negeri ini, untuk lima tahun ke depan, dan dua momentum besar lainnya, yakni bagi bangsa dan negara berupa perayaan Hari Kemerdekaan dan sebagai umat Islam berupa berlebaran karena masih dalam Syawal.

Festival Lima Gunung XIII pada 23-24 Agustus 2014 berlokasi di kawasan Gunung Merbabu, Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Dusun itu juga menjadi lokasi festival mereka saat pertama kali digelar pada 2002.

Sejak awal Agustus, warga bergotong royong menyiapkan dusunnya untuk menyambut para tamu, terutama berbagai kelompok kesenian dalam komunitas dan berbagai grup lain maupun perorangan yang akan mementaskan keseniannya dalam festival.

Panggung pementasan dihias dengan instalasi berbahan alam seperti jerami dan daun-daunan, sedangkan gerbang masuk lokasi pementasan di bawah rindang pepohonan cengkih milik warga setempat dihias dengan instalasi bambu dan dedaunan sehingga terkesan artistik dan eksotik.

Jalan-jalan dusun juga berhias dengan penjor dari anyaman jerami, namun warga juga masih memasang berbagai umbul-umbul bernuansa warna merah putih sejak sebelum puncak HUT Ke-69 RI pada 17 Agustus 2014 di dusun setempat.

Sebagian besar rumah warga juga masih cukup lengkap aneka ragam makanan kecil dalam sejumlah toples yang tertata di meja ruang tamu mereka, sisa suguhan masyarakat setempat saat merayakan Lebaran pada 27-28 Juli 2014.

"Malam ini (22/8) rombongan grup dari Solo sudah tiba. Kami bersama warga juga sudah menyiapkan segala sesuatunya. Malam ini juga kami terus koordinasi dengan warga untuk mulai festival besok (23-24 Agustus 2014)," kata Ketua Panitia Festival Lima Gunung 2014 Titik Sufiani.

Sedikitnya 31 kesenian tradisional dan kontemporer, antara lain berupa tarian, pembacaan puisi, performa seni, bakal dipentaskan dalam festival yang pada 2014 mengambil tema "Topo ing Rame" (Bertapa di tengah keramaian, red.).

Berbagai pementasan itu, antara lain tarian dan musik Harajukunan Trethek Trunthung, tari Kidung Sabin, Topeng Klana Bandopati, Soreng Putri, Grasak Glondong, Rimba Stamasa, Margoloyo.

Selain itu, tari Tanjung Sari, performa "The Legend of Amurta", Hegong, pentas akrobatik api, tari Soreng Bocah, Klothekan Bocah, Topeng Saujana, Lengger, Seto Kencono, Gladiator Gunung, pentas musik kontemporer, Suling Belawang, performa Metamorfosis, performa Bicara pada Puing, drama tari Gatotkaca Winisuda, tarian Leak dan pembacaan puisi, serta pergelaran Wayang Gunung.

Para penyaji pementasan, antara lain berbagai grup kesenian di Komunitas Lima Gunung dan jejaring komunitas itu berasal dari berbagai kota, seperti Yogyakarta, Solo, Kendal, Surabaya, Kediri, Kota Magelang, dan Cirebon.

Puncak festival pada Minggu (24/8) ditandai dengan kirab budaya para seniman bersama warga dengan berjalan kaki melewati jalan-jalan Dusun Warangan, sambil menambuh berbagai alat musik tradisional, pemukulan gong oleh para tokoh Komunitas Lima Gunung, peluncuran buku "Sanak Kadang", berupa kumpulan tulisan kegiatan komunitas tersebut selama beberapa tahun terakhir, serta orasi budaya.

Sejumlah seniman di kawasan Candi Borobudur juga akan membuat karya lukis secara langsung di tengah-tengah keramaian festival. Sejumlah gerai juga disiapkan panitia untuk memamerkan karya lukisan, topeng, suvenir, dan kuliner desa.

Sejumlah tokoh dari berbagai kota telah mengonfirmasi untuk hadir, antara lain Direktur Borobudur Writer Festival Yoke Darmawan, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko Lailly Prihatiningtas, dan sutradara Garin Nugroho.

Panitia juga mengirim undangan kepada berbagai pihak lainnya, seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo, Bupati Magelang Zaenal Arifin, serta para pegiat sosial, pemerhati budaya, kalangan akademisi seni, dan pekerja seni lainnya.

Kalangan penghobi fotografi berasal dari berbagai kota juga telah mengonfirmasi untuk memanfaatkan festival tersebut guna melakukan pemotretan.

"Belum lagi ada dari luar negeri, para relasi kami selama ini, telah mengontak kami, untuk menanyakan tentang festival kami. Kamis (21/8) malam Pak Garin juga menelepon. Tadi siang (22/8) Mbak Yoke juga sudah bilang akan datang," kata Ketua Komunitas Lima Gunung Supadi Haryanto.

Festival mereka seakan menjadi penguatan semangat solidaritas, kekeluargaan, dan persaudaraan orang dusun di kawasan lima gunung Kabupaten Magelang yang juga bagian dari keluarga besar masyarakat Indonesia.

Ia mengharapkan festival itu menjadi cermin kuat atas suasana "sanak kadang" (persaudaraan dan kekeluargaan) yang hendak diwartakan secara mandiri oleh Komunitas Lima Gunung melalui arena seni dan budaya.

Sedangkan terkait dengan putusan MK tersebut, festival mereka seolah juga ingin menyampaikan ajakan kepada seluruh warga bangsa, untuk melangkahkan kaki menuju kehidupan bersama pada masa mendatang yang lebih baik, bersama pemimpin baru hasil pesta demokrasi.

"Festival kami tahun ini jadi komplet," kata Supadi Haryanto.