Petani Terdampak PLTU Batang Nikmati Kompensasi Amdal
Jumat, 10 Maret 2017 12:53 WIB
Petani duduk di depan lahan sawahnya yang telah tertutup pagar pembatas pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang di kawasan pesawahan Ponowareng, Batang, Jawa Tengah, Selasa (5/4). Petani setempat yang memiliki lahan kurang lebih 12,5
Batang, ANTARA JATENG - Para petani penggarap terdampak proyek pembangkit listrik tenaga uap Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengaku menikmati hasil kompensasi analisa mengenai dampak lingkungan berupa lahan pengganti sawah.
Petani penggarap, Kasmudi, di Batang, Jumat, mengatakan bahwa meski hasil panen yang diperoleh pada masa panen pertama belum membuahkan hasil yang maksimal tetapi para petani telah terbantu dengan adanya kompensasi amdal yang diberikan oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) selaku pengembang proyek PLTU.
"Jika dahulu kami harus setor pada pemilik sawah saat panen, kini hasil panen padi yang kami kelola sudah tidak dibagi lagi," katanya.
Ia mengatakan pada April 2017, para petani penggarap baru menikmati hasil panen kali pertama meski hasil produksi padi belum cukup baik.
"Pada panen pertama, produksi padi hanya mencapai sekitar 2 ton saja padahal idealnya 5-6 ton per hektarenya," katanya.
Petani lainnnya, Wartono mengatakan setiap petani penggarap mendapatkan kompensasi amdal lahan sawah seluas 1, 2 hektare dan mereka juga mendapat bantuan berupa bibit dan pupuk.
"Hanya saja, hasil produksi padi belum bisa maksimal karena kami kesulitan mendapat air pengairan. Kami berharap pada masa tanam berikutnya terkait masalah irigasi sudah tidak menjadi hambatan lagi karena BPI akan membuat `andongan` air untuk irigasi tanaman padi," katanya.
Manajer Publik dan Relation PT BPI, Ayu didampingi staf PT BPI, Dona Doni, mengatakan BPI telah menyediakan lahan pengganti sawah di Desa Semboja, Kecamatan Tulis untuk 218 petani penggarap dan masing-masing mereka menerima 1,2 hektare.
"Para petani penggarap ini diberikan lahan secara gratis, termasuk penyediaan bibit, pupuk, dan lima mobil untuk angkutan jemput mereka. Akan tetapi mereka tidak diperbolehkan menjual lahan sawah itu," katanya.
Petani penggarap, Kasmudi, di Batang, Jumat, mengatakan bahwa meski hasil panen yang diperoleh pada masa panen pertama belum membuahkan hasil yang maksimal tetapi para petani telah terbantu dengan adanya kompensasi amdal yang diberikan oleh PT Bhimasena Power Indonesia (BPI) selaku pengembang proyek PLTU.
"Jika dahulu kami harus setor pada pemilik sawah saat panen, kini hasil panen padi yang kami kelola sudah tidak dibagi lagi," katanya.
Ia mengatakan pada April 2017, para petani penggarap baru menikmati hasil panen kali pertama meski hasil produksi padi belum cukup baik.
"Pada panen pertama, produksi padi hanya mencapai sekitar 2 ton saja padahal idealnya 5-6 ton per hektarenya," katanya.
Petani lainnnya, Wartono mengatakan setiap petani penggarap mendapatkan kompensasi amdal lahan sawah seluas 1, 2 hektare dan mereka juga mendapat bantuan berupa bibit dan pupuk.
"Hanya saja, hasil produksi padi belum bisa maksimal karena kami kesulitan mendapat air pengairan. Kami berharap pada masa tanam berikutnya terkait masalah irigasi sudah tidak menjadi hambatan lagi karena BPI akan membuat `andongan` air untuk irigasi tanaman padi," katanya.
Manajer Publik dan Relation PT BPI, Ayu didampingi staf PT BPI, Dona Doni, mengatakan BPI telah menyediakan lahan pengganti sawah di Desa Semboja, Kecamatan Tulis untuk 218 petani penggarap dan masing-masing mereka menerima 1,2 hektare.
"Para petani penggarap ini diberikan lahan secara gratis, termasuk penyediaan bibit, pupuk, dan lima mobil untuk angkutan jemput mereka. Akan tetapi mereka tidak diperbolehkan menjual lahan sawah itu," katanya.
Pewarta : Kutnadi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024