Purbalingga melaksanakan transformasi kesehatan
Kamis, 9 November 2023 15:40 WIB
Arsip Foto - Petugas kesehatan memeriksa kondisi pasien di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)
Purbalingga (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga di Provinsi Jawa Tengah melaksanakan transformasi kesehatan dalam upaya mewujudkan masyarakat yang lebih sehat.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga Jusi Febrianto di Purbalingga, Kamis, menyampaikan bahwa transformasi kesehatan meliputi transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, dan teknologi kesehatan.
Dalam transformasi layanan primer, ia mengatakan, Dinas Kesehatan memprioritaskan pelaksanaan upaya preventif dan promotif kesehatan, termasuk penambahan jenis layanan vaksinasi dari 11 menjadi 14 jenis.
"Ditambah tiga sekarang, HPV untuk kanker serviks, PCV untuk pneumonia, dan Rotavirus untuk diare," katanya.
Selain itu, ia mengatakan, Dinas Kesehatan meningkatkan layanan pemeriksaan kesehatan pada bayi baru lahir hingga orang dewasa.
"Di antaranya yang ditambahkan sekarang skrining untuk hipotiroid kongenital. Itu sekarang kita wajibkan untuk bayi baru lahir," katanya.
Menurut dia, pemerintah juga menyediakan layanan skrining kesehatan untuk mendeteksi dini serangan penyakit-penyakit penyumbang kematian besar seperti stroke dan penyakit jantung yang berawal dari diabetes dan hipertensi.
"Orang mulai umur 40 tahun penyakit diabetes dan hipertensi itu mulai muncul, nah itu kita skrining. Hanya 30 persen orang merasa ada gejala hipertensi dan diabetes, 70 persen lainnya tidak merasakan gejala, sehingga perlu kita skrining," katanya.
Ia mengatakan bahwa sekarang alat skrining untuk pemeriksaan diabetes sudah disediakan sampai ke pos binaan terpadu atau posbindu di desa-desa.
Jusi menyampaikan bahwa deteksi dini penyakit penting untuk mencegah komplikasi dan keparahan.
"Kalau sudah ketahuan diabetes dan hipertensi, ya enggak apa-apa, minum obat secara teratur supaya tidak sampai komplikasi, jangan sampai stroke, terkena penyakit jantung," katanya.
Dalam transformasi layanan rujukan, Jusi mengatakan, pemerintah mengupayakan ada satu rumah sakit dalam satu kabupaten yang bisa melayani pasien dengan penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi (KJSU).
Ia mengatakan bahwa RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sudah punya dokter spesialis bedah onkologi dan sedang mengupayakan kemitraan dengan BPJS Kesehatan agar warga yang membutuhkan pelayanan itu tidak perlu ke luar daerah.
"Untuk jantung juga sudah ada dan pada tahun 2024 juga akan mengajukan untuk penanganan katerisasi. Kalau untuk stroke, memang kita belum ada, namun ke depan akan diadakan," katanya.
Ia menjelaskan bahwa transformasi sistem ketahanan kesehatan merupakan kewenangan Kementerian Kesehatan, karena berkaitan dengan pengadaan obat-obatan dan peralatan kesehatan di dalam negeri.
Sementara dalam transformasi sistem pembiayaan kesehatan, menurut dia, Purbalingga telah mencapai cakupan kesehatan semesta untuk kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Berkenaan dengan transformasi sumber daya manusia kesehatan, ia mengatakan, Dinas Kesehatan terus melakukan pembinaan pada tenaga kesehatan di Purbalingga.
"Harapannya tidak ada lagi tenaga kesehatan yang tidak mendapat rekomendasi dari organisasi profesi," katanya.
Selain itu, Jusi mengatakan, Dinas Kesehatan mengupayakan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Purbalingga mengintegrasikan sistem informasi ke platform Satu Sehat dalam upaya transformasi teknologi kesehatan.
Setelah sistem informasi diintegrasikan ke Satu Sehat, ia mengatakan, hasil pemeriksaan kesehatan pasien di puskesmas juga akan masuk ke aplikasi tersebut.
"Jadi nantinya electronic medical record (EMR) enggak manual lagi sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan terkait ketentuan rekam medik," katanya.
Baca juga: Polres Purbalingga serahkan bantuan sumur bor di Desa Kaliori
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga Jusi Febrianto di Purbalingga, Kamis, menyampaikan bahwa transformasi kesehatan meliputi transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, dan teknologi kesehatan.
Dalam transformasi layanan primer, ia mengatakan, Dinas Kesehatan memprioritaskan pelaksanaan upaya preventif dan promotif kesehatan, termasuk penambahan jenis layanan vaksinasi dari 11 menjadi 14 jenis.
"Ditambah tiga sekarang, HPV untuk kanker serviks, PCV untuk pneumonia, dan Rotavirus untuk diare," katanya.
Selain itu, ia mengatakan, Dinas Kesehatan meningkatkan layanan pemeriksaan kesehatan pada bayi baru lahir hingga orang dewasa.
"Di antaranya yang ditambahkan sekarang skrining untuk hipotiroid kongenital. Itu sekarang kita wajibkan untuk bayi baru lahir," katanya.
Menurut dia, pemerintah juga menyediakan layanan skrining kesehatan untuk mendeteksi dini serangan penyakit-penyakit penyumbang kematian besar seperti stroke dan penyakit jantung yang berawal dari diabetes dan hipertensi.
"Orang mulai umur 40 tahun penyakit diabetes dan hipertensi itu mulai muncul, nah itu kita skrining. Hanya 30 persen orang merasa ada gejala hipertensi dan diabetes, 70 persen lainnya tidak merasakan gejala, sehingga perlu kita skrining," katanya.
Ia mengatakan bahwa sekarang alat skrining untuk pemeriksaan diabetes sudah disediakan sampai ke pos binaan terpadu atau posbindu di desa-desa.
Jusi menyampaikan bahwa deteksi dini penyakit penting untuk mencegah komplikasi dan keparahan.
"Kalau sudah ketahuan diabetes dan hipertensi, ya enggak apa-apa, minum obat secara teratur supaya tidak sampai komplikasi, jangan sampai stroke, terkena penyakit jantung," katanya.
Dalam transformasi layanan rujukan, Jusi mengatakan, pemerintah mengupayakan ada satu rumah sakit dalam satu kabupaten yang bisa melayani pasien dengan penyakit kanker, jantung, stroke, dan uronefrologi (KJSU).
Ia mengatakan bahwa RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga sudah punya dokter spesialis bedah onkologi dan sedang mengupayakan kemitraan dengan BPJS Kesehatan agar warga yang membutuhkan pelayanan itu tidak perlu ke luar daerah.
"Untuk jantung juga sudah ada dan pada tahun 2024 juga akan mengajukan untuk penanganan katerisasi. Kalau untuk stroke, memang kita belum ada, namun ke depan akan diadakan," katanya.
Ia menjelaskan bahwa transformasi sistem ketahanan kesehatan merupakan kewenangan Kementerian Kesehatan, karena berkaitan dengan pengadaan obat-obatan dan peralatan kesehatan di dalam negeri.
Sementara dalam transformasi sistem pembiayaan kesehatan, menurut dia, Purbalingga telah mencapai cakupan kesehatan semesta untuk kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Berkenaan dengan transformasi sumber daya manusia kesehatan, ia mengatakan, Dinas Kesehatan terus melakukan pembinaan pada tenaga kesehatan di Purbalingga.
"Harapannya tidak ada lagi tenaga kesehatan yang tidak mendapat rekomendasi dari organisasi profesi," katanya.
Selain itu, Jusi mengatakan, Dinas Kesehatan mengupayakan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Purbalingga mengintegrasikan sistem informasi ke platform Satu Sehat dalam upaya transformasi teknologi kesehatan.
Setelah sistem informasi diintegrasikan ke Satu Sehat, ia mengatakan, hasil pemeriksaan kesehatan pasien di puskesmas juga akan masuk ke aplikasi tersebut.
"Jadi nantinya electronic medical record (EMR) enggak manual lagi sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan terkait ketentuan rekam medik," katanya.
Baca juga: Polres Purbalingga serahkan bantuan sumur bor di Desa Kaliori
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2025