Boyolali (ANTARA) - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji melakukan intervensi kasus stunting melalui program gerakan orang tua asuh cegah stunting (Genting).

"Keluarga berisiko stunting itu yang kira-kira dalam 1.000 hari kehidupan punya risiko stunting," katanya di sela mengunjungi rumah keluarga berisiko stunting di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin, (24/2).

Ia mengatakan untuk keluarga berisiko stunting yang didatangi ini adalah ibu hamil yang memerlukan asupan nutrisi lebih baik.

"Ibu hamil ini lingkar lengannya kurang, berat badan kurang. Per 1 Februari kemarin sudah diintervensi melalui program nutrisi," katanya.

Ia mengatakan bantuan nutrisi tersebut diberikan dalam bentuk makanan bergizi senilai Rp15.000.

"Kami punya empat menu untuk program gerakan orang tua asuh cegah stunting, ada menu nutrisi, ada air bersih, ada rumah layak huni, dan edukasi. Karena ini butuhnya nutrisi maka kami kasih nutrisi, per hari jatahnya Rp15.000 sampai nanti 1.000 kehidupan atau (bayi usia) dua tahun. Mulai dari hamil sampai dua tahun ke depan," katanya.

Ia mengatakan pada tahap awal intervensi dari sisi nutrisi tersebut akan dicek enam bulan ke depan.

"Mulai bulan Februari sampai Agustus kami pantau betul untuk memastikan anak sehat dan ibu sehat. Itu fungsi Genting," katanya.

Ia mengatakan sampai dengan saat ini sudah ada sekitar 34.000 anak asuh atau keluarga risiko stunting yang diberikan bantuan.

"Dalam pikiran saya, menyelamatkan satu orang sama dengan menyelamatkan satu generasi. Kita nggak tahu nasib orang, suatu saat bisa jadi bupati, bisa jadi menteri," katanya.

Sementara itu, dikatakannya, sampai dengan saat ini prevalensi kasus stunting di Indonesia masih di angka 21,5 persen.

"Artinya dari lima orang balita satu di antaranya stunting. Target penurunan tahun ini sesuai Bappenas jadi 18 persen," katanya.