Semarang (ANTARA) - "Pak, setelah dikunyah, makanan melewati organ apa saja sebelum akhirnya menjadi energi?" tanya seorang murid dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

Bagi banyak murid, sistem pencernaan manusia adalah konsep yang sulit dipahami. Gambaran dalam buku pelajaran sering kali tidak cukup untuk menjelaskan bagaimana tubuh memproses makanan.

Namun, Eko Prasetyo Nur Utomo, guru di SDN Pendrikan Lor 01 Kota Semarang, punya cara baru yang membuat muridnya memahami pelajaran dengan lebih baik. Melalui aplikasi Augmented Reality (AR) yang ia buat, OSI CERIA (Organ Sistem Pencernaan Manusia), murid kini bisa melihat dan memahami sistem pencernaan dalam bentuk visual 3D yang interaktif, menjadikan belajar lebih nyata dan menyenangkan.

Dari kebencian jadi panggilan hidup

Eko awalnya tidak pernah bercita-cita menjadi guru. Semasa kecil, ia bahkan membenci profesi ini. Namun, setelah lulus dari Universitas PGRI Semarang pada tahun 2016 dan mulai mengajar, ia menemukan kebahagiaan dalam dunia pendidikan. Bertemu dengan anak-anak yang memiliki beragam karakter justru menantangnya untuk terus berinovasi dalam menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

"Saya ingin membuktikan kepada diri sendiri bahwa anggapan saya dulu tentang profesi guru itu salah. Kini, saya merasa bahwa menjadi guru adalah panggilan yang sangat mulia," ujar Eko, yang juga merupakan Fasilitator Tanoto Foundation.

Sebagai seorang guru, perjalanannya dalam dunia pendidikan membawanya pada berbagai kesempatan besar. Ia dipercaya sebagai koordinator program unggulan sekolah ketika SDN Pendrikan Lor 01 ditunjuk sebagai Sekolah Piloting Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) setelah terbitnya Perpres No. 87 Tahun 2017. Salah satu inovasi yang ia ciptakan adalah "Medali Bintang Prestasi," yang memotivasi murid untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai nilai di atas standar ketuntasan minimal.

Tantangan di balik inovasi

Saat pertama kali mengajar, Eko menghadapi kendala besar, yakni keterbatasan media peraga pembelajaran. Proses belajar mengandalkan gambar dan video di layar proyektor, terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) yang banyak mengandung konsep abstrak. Akibatnya, pemahaman murid pun terbatas. Dari hasil asesmen awal pada materi sistem pencernaan manusia, hanya 5 murid yang benar-benar memahami materi, sementara 16 murid tidak paham sama sekali.

Tergerak oleh tantangan ini, Eko yang telah dikaruniai dua anak ini pun menciptakan OSI CERIA, aplikasi AR yang dapat diinstal di ponsel Android murid. Aplikasi ini memungkinkan murid untuk melihat organ-organ pencernaan secara nyata dalam tampilan 3D, memahami fungsinya dari berbagai sudut, dan bahkan mengakhiri sesi belajar dengan game interaktif.

"Dengan OSI CERIA, murid bisa belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Mereka tidak hanya membaca dan melihat gambar di buku, tetapi juga berinteraksi langsung dengan model 3D organ pencernaan manusia," jelas Eko.

Murid-muridnya pun merasakan manfaat besar dari inovasi ini. Aira Sazkia Lesmana, siswa kelas 5, mengungkapkan antusiasmenya terhadap cara mengajar Pak Eko.

"Selama satu tahun belajar dengan Pak Eko sangat menyenangkan. Selain pakai buku, Pak Eko juga sering mengadakan game yang bikin kami semangat. Aplikasi OSI CERIA sangat membantu karena ada materi, kuis, scan organ pencernaan 3D, video proses organ bekerja, serta fungsinya. Jadi, kami lebih mudah memahami pelajaran."

Dampak positif bagi murid dan guru

Inovasi ini membawa dampak besar bagi kualitas pembelajaran di kelasnya. OSI CERIA mampu menyesuaikan gaya belajar setiap murid. Bagi yang kinestetik, mereka bisa berinteraksi langsung dengan aplikasi AR. Murid yang lebih menyukai audiovisual dapat menonton video yang menunjukkan bagaimana sistem pencernaan bekerja, sementara mereka yang lebih nyaman dengan metode auditori bisa mendengarkan rekaman suara penjelasan fungsi masing-masing organ.

Hasilnya luar biasa. Setelah penggunaan OSI CERIA, nilai rata-rata murid meningkat signifikan. Mereka yang sebelumnya kesulitan memahami materi kini lebih mudah menguasainya. Bahkan, dalam refleksi akhir pembelajaran, tidak ada satu pun murid yang merasa tertekan selama proses belajar berlangsung.

Menurut Windy Setyorini, S.Pd., rekan sesama guru, Eko bukan hanya inovatif dalam pembelajaran, melainkan juga memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi.

"Beliau selalu menggerakkan guru-guru lain untuk mencoba inovasi baru. Selain itu, Pak Eko juga sering berbagi ilmu dalam seminar-seminar pendidikan. Kami para guru sering berdiskusi dengannya, terutama dalam menghadapi tantangan di kelas. Pak Eko tidak hanya membantu murid, tapi juga membantu kami terus berkembang sebagai pendidik."

Dukungan dari kepala sekolah dan orang tua

Kepala SDN Pendrikan Lor 01 Kota Semarang, Tatik Suharyani, S.Pd.SD, mengapresiasi penuh inovasi yang dilakukan Eko.

"Pak Eko telah menerapkan aplikasi baru dalam pembelajaran. Aplikasi ini juga mengurangi miskonsepsi dalam memahami materi. Saya berharap Pak Eko terus berinovasi dalam meningkatkan pembelajaran selanjutnya," ungkapnya.

Tak hanya dari pihak sekolah, apresiasi juga datang dari orang tua. Okvita Desy Triana, wali murid kelas V, mengakui bahwa metode pengajaran yang diterapkan Eko sangat menyenangkan dan membuat anak-anak semakin aktif.

"Pak Eko mengajar dengan cara yang asyik dan tidak membosankan, sering menyelipkan game dalam pembelajaran. Anak-anak jadi lebih bersemangat bertanya dan lebih mudah memahami materi. Setiap pulang, anak saya selalu bercerita kegiatan serunya di kelas," ujarnya.

*Harapan untuk Masa Depan Pendidikan*
Ke depan, Eko bertekad untuk terus mengembangkan karakter dan kualitas pembelajaran di sekolahnya. Ia berharap para murid tidak hanya mahir dalam teknologi tetapi juga memiliki akhlak yang baik.

"Fondasi karakter harus dibangun sejak dini. Saya ingin mendidik murid yang tidak hanya cerdas, tetapi juga santun dalam berperilaku. Dengan karakter yang baik dan pembelajaran yang inovatif, kita bisa berkontribusi mencetak generasi emas yang berkualitas pada tahun 2045," tutupnya.

Kisah Eko Prasetyo Nur Utomo adalah bukti bahwa inovasi dalam pendidikan tidak selalu harus berasal dari pusat-pusat pendidikan ternama atau institusi elit. Dengan kreativitas dan dedikasi, seorang guru di sekolah dasar negeri pun dapat membawa perubahan besar dalam cara anak-anak belajar dan memahami dunia. ***