Logo Header Antaranews Jateng

Disbudpar: "Homestay" di Desa Wisata Kandri meningkat

Rabu, 14 November 2018 19:58 WIB
Image Print
Ilustrasi - Sejumlah warga melakukan prosesi tradisi Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/3). (Foto: Aditya Pradana Putra)
warga cukup menyediakan kamar-kamar standar. Yang terpenting nyaman bagi wisatawan
Semarang (Antaranews Jateng) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang mencatat kenaikan jumlah "homestay" di Desa Wisata Kandri Semarang selama beberapa waktu belakangan ini.
     
"Saat ini, jumlah 'homestay' di Desa Kandri ada 108 unit. Tersebar di masing-masing rukun warga (RW)," kata Sekretaris Disbudpar Kota Semarang Kasturi di Semarang, Rabu.
     
Keberadaan "homestay" di RW I sebanyak 40 unit, kemudian RW II sebanyak 30 unit, dan 38 unit di RW III sehingga totalnya mencapai 108 pondok inap.
     
Menurut dia, meningkatnya jumlah "homestay" menunjukkan semakin bergeliatnya wisata di daerah tersebut, apalagi dekat dengan Objek Wisata Goa Kreo dan Waduk Jatibarang.
     
Dalam waktu dekat, Kasturi menyebutkan rencana "event" nasional hingga internasional bakal digelar di Desa Wisata Kandri untuk intenasionalisasi desa wisata pada akhir 2018.
     
"Makanya, keberadaan 'homestay' sangat perlu. 'Homestay' di sini tidak perlu membangun, warga cukup menyediakan kamar-kamar standar. Yang terpenting nyaman bagi wisatawan," katanya.
     
Kepala Bidang Industri Pariwisata Disbudpar Kota Semarang Samsul Bahri Siregar menambahkan kerja sama pengembangan desa ternyata berdampak pada sleuruh sektor di Desa Wisata Kandri.
     
"Nanti, akan dibangun gedung terbuka di sekitar Waduk Jatibarang. Pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)," katanya.
     
Mujiyanto, salah satu pemilik "homestay" di Desa Wisata Kandri mengatakan masyarakat sekitar sudah berlatih tentang manajemen pengelolaan pondok inap sejak 2013.
     
Sekitar dua tahun lalu, kata dia, hanya ada 50-an "homestay" di Desa Wisata Kandri, tetapi sekarang ini jumlahnya sudah lebih dari 100 unit yang siap menyambut wisatawan.
     
Tak hanya soal manajemen, ia mengatakan masyarakat juga banyak belajar bagaimana membuat wisatawan betah berlama-lama tinggal dengan menciptakan suasana nyaman.
     
"Kami belajar juga membuat oleh-oleh, misalnya getuk, tape, dan sebagainya. Belajar pula tarian lokal agar bisa dikenalkan kepada wisatawan yang datang," katanya.

 

Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024