Logo Header Antaranews Jateng

Siasati kenaikan harga bahan baku, pembatik Solo tonjolkan kreativitas

Minggu, 27 Maret 2022 19:49 WIB
Image Print
Salah satu perajin batik sedang mengerjakan batik tulis Mandalika. ANTARA/Aris Wasita
Solo (ANTARA) - Pembatik di Kota Solo memilih lebih menonjolkan kreativitas untuk menyiasati kenaikan harga bahan baku yang terjadi sejak 1,5 tahun terakhir.

Seperti yang dilakukan oleh pemilik Batik Toeli Laweyan Muhammad Taufan Wicaksono di Solo, Minggu yang mengaku kenaikan harga bahan baku ini terjadi cukup cepat.

"Biasanya naik enam bulan sekali, ini naiknya tiga bulan sekali," katanya.

Ia mengatakan untuk kenaikan harga terjadi sekitar 5-10 persen, di antaranya pada bahan malam maupun kain.

"Tentu kalau ini naik terus maka akan mempengaruhi penjualan ke depannya. Tapi kan kami tidak serta-merta langsung menaikkan harga jual batik kepada konsumen," katanya.

Untuk menyiasatinya, ia memilih lebih kreatif dalam menuangkan desain batik sehingga diharapkan bisa mendongkrak penjualan.

"Seperti yang belum lama ini kami lakukan adalah kami membuat batik dengan desain Mandalika karena memanfaatkan momentum MotoGP Mandalika beberapa waktu lalu," katanya.

Baca juga: Pembatik Solo ciptakan batik Mandalika bersamaan dengan gelaran MotoGP

Ia berharap desain terbarunya dengan melibatkan pembatik tuna rungu bisa meningkatkan penjualan dan harga jual.

Perajin lain, Miyana mengatakan belum menaikkan harga jual batik meski harga bahan baku naik.

"Ini kan penjualan mulai bagus setelah pandemi, saya takut kalau harga naik malah penjualan anjlok lagi," katanya.

Untuk menyiasatinya, ia lebih memilih untuk lebih aktif melakukan penjualan dengan memanfaatkan grup di media sosial.

"Kalau penjualan bagus ya harapannya bisa untuk menutup kebutuhan bahan baku," katanya.

Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kota Surakarta Ahyani mengatakan menyikapi kondisi tersebut, salah satu upaya yang dilakukan Pemkot Surakarta adalah dengan menyelenggarakan Solo Textile Mart beberapa waktu lalu. Ia berharap penyelenggaraan tersebut menjadi ajang diskusi nasional untuk para pihak sumber daya industri tekstil.

"Harus ada kolaborasi dengan para pihak untuk mengembangkan budidaya kapas mandiri sebagai upaya memenuhi pasokan kapas untuk komoditas kain bagi pelaku industri batik dan turunannya," katanya.

Pihaknya juga berharap ke depan ada dukungan dari pemerintah pusat terkait kebijakan nasional dalam mendukung budidaya kapas secara mandiri.

Baca juga: Hotel di Solo angkat Kampung Batik Laweyan lewat paket wisata
Baca juga: Bukittinggi mencontoh keberhasilan Solo dalam produksi batik


Pewarta :
Editor: Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2024