Logo Header Antaranews Jateng

Kebermanfaatan Program Makan Bergizi Gratis dalam perspektif administrasi publik

Jumat, 20 Desember 2024 17:09 WIB
Image Print
Dosen Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Wakil Direktur Akademik dan Sumber Daya Manusia RSGMP Unsoed, dan mahasiswa Program Doktoral Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed, Nurrekta Yuristrianti, DCN., M.Kes., Dietisien. ANTARA/Dokumentasi Pribadi
Program ini tidak hanya membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan prestasi akademik siswa

Purwokerto (ANTARA) - Program Makan Bergizi Gratis yang merupakan kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak serta ibu hamil dan menyusui di berbagai daerah akan segera diluncurkan pada 2 Januari 2025.

Program tersebut tidak hanya bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anak serta ibu hamil dan menyusui mendapatkan nutrisi yang cukup, juga memiliki implikasi luas dalam konteks administrasi publik. 

Oleh karena itu, perlu dibahas sejauhmana kebermanfaatan Program Makan Bergizi Gratis dari sudut pandang administrasi publik, serta bagaimana kebijakan ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Apalagi pemerintah telah menetapkan sasaran awal program makan bergizi gratis yang akan dilaksanakan mulai 2 Januari 2025 untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anak serta ibu hamil dan menyusui di berbagai daerah dengan anggaran senilai Rp71 triliun.

Bahkan berdasarkan data yang dirilis Badan Gizi Nasional (BGN) pada 5 November 2024, total sasaran awal program makan bergizi gratis mencapai 15 juta hingga 20 juta jiwa yang terdiri atas peserta didik mulai tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga sekolah menengah atas (SMA) negeri maupun swasta, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita atau anak usia di bawah lima tahun.

 

Peningkatan kesejahteraan sosial

Program Makan Bergizi Gratis di sekolah memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan sosial mengingat masih banyak keluarga kurang mampu yang kesulitan untuk memenuhi ketercukupan gizi bagi anak-anak mereka.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2023, konsumsi kalori per kapita sehari masyarakat Indonesia masih berada di bawah target ideal karena hanya mencapai 2.087,64 kkal meskipun mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Maret 2022 yang hanya sekitar 2.079,09. Padahal sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019, tingkat kecukupan konsumsi kalori penduduk di Indonesia sebanyak 2.100 kkal.

Oleh karena itu, dengan adanya program tersebut, anak-anak dari keluarga kurang mampu yang mungkin tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup di rumah, kini memiliki akses ke makanan bergizi di sekolah. Hal ini membantu mengurangi ketidaksetaraan sosial dan memastikan bahwa semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang secara sehat.

Pun ibu hamil dan menyusui, kebutuhan nutrisi bagi janin dalam kandungan maupun bayi yang disusui dapat tercukupi dengan adanya Program Makan Bergizi Gratis tersebut, sehingga terjadinya kasus stunting pada anak dapat ditekan. 

 

Peningkatan prestasi akademik

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan nutrisi yang cukup cenderung memiliki kinerja akademik yang lebih baik. Dengan menyediakan makan bergizi secara gratis, sekolah dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan energi siswa, yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi akademik mereka. 

Hal itu merupakan investasi jangka panjang bagi negara, karena generasi muda yang berpendidikan baik akan menjadi tulang punggung pembangunan di masa depan.

Tidak hanya itu, pemerintah juga berkomitmen untuk mengatasi masalah gizi sebagai langkah dasar untuk menciptakan generasi penerus yang kuat dan berpotensi menjadi pilar kemajuan bangsa, untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045

 

Efisiensi administrasi publik

Dari perspektif administrasi publik, Program Makan Bergizi Gratis dapat meningkatkan efisiensi dalam penyediaan layanan publik karena dengan adanya kebijakan tersebut, pemerintah dapat mengurangi biaya yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan pendidikan yang disebabkan oleh malnutrisi. 

Selain itu, program tersebut juga dapat membantu mengurangi birokrasi dan mempermudah proses administrasi dalam penyediaan bantuan sosial.

Bahkan, berbagai studi menyebutkan bahwa alokasi belanja program Makan Bergizi Gratis yang sebesar Rp71 triliun pada tahun 2025 dapat mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 0,06 persen atau Rp14,61 triliun PDB harga berlaku tahun 2025.

 

Peningkatan partisipasi orang tua dan masyarakat

Program Makan Bergizi Gratis juga dapat meningkatkan partisipasi orang tua dan masyarakat dalam proses pendidikan maupun kesehatan. Orang tua yang merasa terbantu oleh program ini cenderung lebih terlibat dalam kegiatan sekolah dan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 

Selain itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam program ini melalui donasi atau menjadi sukarelawan, yang pada akhirnya akan memperkuat ikatan sosial dalam komunitas.

Dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku makanan bergizi gratis tersebut juga dapat disuplai dari sumber daya alam yang dibudidayakan masyarakat setempat seperti ikan, telur, sayuran, dan sebagainya.

Demikian pula dengan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) turut dilibatkan atau berpartisipasi untuk mendukung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis. Bahkan, keberadaan dapur sehat yang menyiapkan makan bergizi tersebut juga bakal menyerap tenaga kerja lokal di masing-masing lokasi. 

Dari gambaran tersebut, Program Makan Bergizi Gratis memberikan efek berganda karena tidak hanya berfokus pada pemenuhan gizi bagi anak serta ibu hamil dan menyusui, juga pelibatan serta pemberdayaan seluruh elemen masyarakat dan sebagainya yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan.

Dengan demikian, Program Makan Bergizi Gratis di sekolah memiliki banyak manfaat dari sudut pandang administrasi publik. Program ini tidak hanya membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan prestasi akademik siswa, juga meningkatkan efisiensi administrasi dan partisipasi masyarakat. 

Oleh karena itu, program tersebut layak untuk terus didukung dan dikembangkan agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan dalam rangka menuju Indonesia Emas 2045.

 

*) Nurrekta Yuristrianti, DCN., M.Kes., Dietisien, merupakan Dosen Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Wakil Direktur Akademik dan Sumber Daya Manusia RSGMP Unsoed, dan mahasiswa Program Doktoral Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed.





COPYRIGHT © ANTARA 2024