
BPBD petakan daerah rawan bencana kekeringan di Cilacap

Cilacap (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memetakan daerah rawan bencana kekeringan pada musim kemarau tahun 2025 di wilayah itu meskipun saat sekarang masih berpotensi terjadi hujan.
"Pemetaan daerah rawan kekeringan ini merupakan bagian dari mitigasi yang kami lakukan dalam menghadapi musim kemarau," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cilacap Bayu Prahara di Cilacap, Rabu.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi (Stamet) Tunggul Wulung Cilacap, saat sekarang wilayah Cilacap dan sekitarnya telah memasuki masa pancaroba atau peralihan dari musim hujan menuju kemarau.
Dengan adanya pemetaan tersebut, kata dia, pihaknya bisa menyusun rencana kontijensi bencana kekeringan di Kabupaten Cilacap.
"Berdasarkan hasil pemetaan yang kami lakukan, jumlah daerah rawan kekeringan di Kabupaten Cilacap pada tahun 2025 sebanyak 106 desa yang tersebar di 20 kecamatan," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pada musim kemarau tahun 2024 di Cilacap terdapat 72 dusun dari 36 desa yang tersebar di 14 kecamatan terdampak kekeringan.
Secara keseluruhan, kata dia, pihaknya pada musim kemarau tahun 2024 mendistribusikan bantuan air bersih sebanyak 404 tangki yang setara dengan 2.020.000 liter untuk warga terdampak kekeringan di wilayah tersebut.
Menurut dia, Pemerintah Kabupaten Cilacap pada APBD Tahun 2025 telah mengalokasikan anggaran untuk penanganan bencana kekeringan sebesar Rp96.960.000 atau sebanyak 800 tangki air bersih.
"Alhamdulillah, anggaran untuk penanganan bencana kekeringan tidak terdampak kebijakan efisiensi anggaran," kata Bayu.
Sebelumnya, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stamet Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Rabu (5/3), mengatakan masa transisi atau pancaroba di wilayah Jateng selatan seperti Cilacap dan sekitarnya, normalnya terjadi pada bulan Maret hingga pertengahan Mei.
Menurut dia, masa transisi ditandai dengan arah angin yang mulai bervariasi, suhu udara cukup panas, dan curah hujan lebih cenderung turun pada sore hari yang sering disertai petir dan angin kencang.
Berdasarkan pengamatan Stamet Tunggul Wulung, kondisi angin di Cilacap dan sekitarnya saat ini mulai bervariasi.
Bahkan, pada awal bulan Maret, katanya, angin di Cilacap dan sekitarnya bergerak dari arah tenggara, sedangkan pada bulan sebelumnya dominan dari barat.
Dia menyebut suhu udara maksimum tercatat pada kisaran 32 derajat Celcius dan hujan yang turun belakangan ini lebih cenderung terjadi pada sore hari dengan disertai petir.
"Dari parameter yang terjadi tersebut, wilayah Jateng selatan seperti Cilacap dan sekitarnya akan segera memasuki masa transisi dari musim hujan menuju kemarau, sehingga masyarakat perlu waspada terhadap terjadinya cuaca ekstrem yang berdampak terhadap terjadinya bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat disertai petir, angin puting beliung, dan hujan es," kata Teguh.*
Baca juga: BPBD: Sejumlah desa di Banyumas masih terdampak kekeringan
Pewarta : Sumarwoto
Editor:
Edhy Susilo
COPYRIGHT © ANTARA 2025