Kesederhanaan dalam Kesahajaan Lukisan Gus Mus
Minggu, 7 September 2014 15:28 WIB
K.H. Mustofa Bisri atau Gus Mus berada di dekat sebuah lukisan pada pameran tunggal karyanya bertema "Kemanusiaan, Kebangsaan, Pluralisme" di Universitas PGRI Semarang, Jateng, Sabtu (6/9). Rais Aam PBNU itu memamerkan 24 karya lukisannya. ANTARA FOT
Sosok karismatik yang bernama lengkap K.H. Achmad Mustofa Bisri itu ternyata melahirkan relatif cukup banyak karya lukis, baik yang "sekadar" dituangkan di secarik amplop maupun lukisan besar di atas kanvas.
Lukisan amplop, demikian si empunya menyebut, adalah goresan endapan nikotin dari pipa rokok yang dicoretkan di lembaran amplop. Ada yang membentuk gambar binatang, seperti burung, kucing, dan ada pula abstrak.
Uniknya, di setiap lukisan amplop Gus Mus terselip kata-kata mutiara, petuah, seperti "Cahaya Kasih Tuhan menyinari hati dan memunculkan keindahan perilaku" dan "Sekelumit Keindahan Tetap Saja Keindahan...".
Masih banyak lagi, "Kalau kau takbisa menikmati keindahan, janganlah merusaknya!", "Hati dan tangan berebut keindahan, mata yang mendapatkan lebih dulu", dan "Kalbumu yang menuntun matamu pada keindahan...".
Lukisan-lukisan berbahan nikotin rokok itu memang dibuat Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu semasa masih merokok. Akan tetapi, sekarang sudah berhenti produksi seiring dengan Gus Mus mandek merokok.
"Kalau (lukisan) dengan yang sudah-sudah banyak sekali. Apalagi, lukisan-lukisan amplop ini, 'buanyak' sekali," kenang pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibien, Rembang, Jawa Tengah, itu.
Sampai sekarang pun, sosok kelahiran Rembang, 10 Agustus 1944, itu mengaku masih tetap menyempatkan melukis, terutama pada saat sakit yang membuatnya tidak bisa bepergian ke mana-mana, termasuk menulis.
"Yang paling berkesan, lukisan amplop. Karena sekarang tidak berproduksi lagi, karena 'ga' merokok. Jadi, bahannya 'ga' ada," kekehnya.
Ia pun mengatakan bahwa dirinya takpernah memikirkan aliran lukisannya dalam berkarya.
Ya, Gus Mus memang tidak "njelimet" berpikir mau melukis menyesuaikan aliran seni lukis, tetapi semua karya lukisnya dituangkan secara santai dan mempersilakan orang lain yang melihat untuk menilai sendiri.
Karya lukis Gus Mus memang beragam, mulai lukisan amplop hingga lukisan-lukisan kanvas yang juga bervariasi. Misalnya, ada yang menonjolkan seni kaligrafi, foto diri, hingga lukisan-lukisan abstrak.
Pada tahun ini, Gus Mus memang genap berusia 70 tahun, dan para sastrawan dan budayawan di Semarang yang menjadi "murid-murid"-nya berinisiatif menggelar "Selamatan 70 Tahun Gus Mus" dengan serangkaian kegiatan.
Salah satunya, pameran lukisan karya-karya Gus Mus yang bertempat di Balairung Universitas PGRI Semarang, Sabtu (6/9), dilanjutkan dengan pergelaran Malam Budaya di tempat yang sama, malam harinya.
Ada puluhan lukisan karya Gus Mus yang dipamerkan, mulai lukisan amplop hingga lukisan kanvas, di antaranya "Sujud", menggambarkan sosok wanita bermukena tengah bersujud dan di atasnya lafal-lafal Allah Swt.
Ada pula lukisannya yang menampakkan wajah sang pelukis, Gus Mus dari samping yang ditempatkan di pojok kanan bawah kanvas dengan latar belakang warna hitam pekat, diberi judul "Potret Diri".
Sederet lukisan lainnya juga dipamerkan, antara lain karyanya yang berjudul "Alif", "Bismillah", "O, Islamku...", dan "Pencitraan", belum termasuk lukisan lainnya yang memang tidak diberi judul oleh Gus Mus.
Kesederhanaan
Gus Mus, memang sosok yang dikenal sederhana dan bersahaja, termasuk pula dalam melahirkan karya-karya lukisnya yang takpernah memikirkan aliran seni lukis, apalagi berpikir materi atas nilai jual karyanya.
"Prinsip saya dalam berkarya sama dengan prinsip hidup saya. Pokoknya 'ga' dilarang Gusti Allah, saya jalan terus. Dilarang 'isme-isme' saya 'ga' peduli. Akan tetapi, kalau dilarang Gusti Allah, baru mandek," ungkapnya.
Tidak pula terpikir oleh Gus Mus bahwa karya lukisnya bakal bagus, disukai orang lain, laku, apalagi bernilai mahal sebab selama ini hanya melukis karena ingin melukis, terlebih pada saat inspirasinya muncul.
Kesederhanaan itu ditunjukkan pula ketika menghadiri pembukaan pameran lukisannya sendirinya itu, Gus Mus terkaget karena rencananya "Selamatan 70 Tahun Gus Mus" di Semarang akan digelar secara sederhana.
"Ini bukan saya yang membikin 'ulah', tadinya dibilang mau 'selametan' sederhana dengan kawan-kawan. Bagi saya, ini (selamatan, red.) sangat tidak sederhana, sangat mewah buat saya," kata Gus Mus.
Meski demikian, Gus Mus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian kawan-kawannya yang memprakarsai acara itu dan seluruh hadirin yang menyempatkan datang yang tidak bisa disebutnya satu per satu.
Gus Mus juga mengaku terharu karena baru pertama kalinya "diulang-tahuni" oleh para sahabat-sahabatnya pada usianya yang sudah menginjak kepala tujuh, mengingat dirinya selama ini tidak pernah merayakan ulang tahun.
Sederet tokoh penting dijadwalkan hadir dalam pergelaran Malam Budaya "Selamatan 70 Tahun Gus Mus", di antaranya Ibu Sinta Nuriyah Wahid, istri mendiang K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri BUMN Dahlan Iskan juga dijadwalkan menghadiri Malam Budaya "Selamatan 70 Tahun Gus Mus", Sabtu malam, sementara Ketua PBNU K.H. Said Aqil Siradj sudah hadir lebih dulu.
Ketua PBNU K.H. Said Aqil Siradj yang turut menghadiri pembukaan pameran lukisan Gus Mus mengaku kagum dengan sosok Gus Mus yang disebutnya sosok langka, sebagai ulama yang juga penyair, dan piawai melukis.
"Gus Mus merupakan manusia langka, luar biasa. Lukisan-lukisannya terlalu dalam maknanya. Ini (lukisan, red.) mencerminkan emosi Gus Mus menyikapi berbagai hal, terutama tentang keislaman," katanya.
Sementara Sutanto atau lebih dikenal dengan sapaan Tanto Mendut, seniman punggawa Komunitas Lima Gunung yang bermarkas di Magelang, Jateng, yang "kebagian" membuka pameran mengaku sangat mengagumi sosok Gus Mus.
"Dalam melukis, Gus Mus itu tidak pernah mikir lukisan, tidak mikir kurator, dan sebagainya. Karyanya berasal dari gairah orang yang 'pengen' melukis. Lukisan yang benar-benar lukisan," katanya.
Namun, ungkap Tanto, ternyata Gus Mus melahirkan lukisan yang benar-benar melebihi dari sekadar karya lukis, terutama karena karya lukisnya sarat makna dari setiap gores lukisan yang dihasilkannya.
Pewarta : Zuhdiar Laeis
Editor : Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2025
Terkait
Inovasi sosial dalam industri perikanan, membangun kemitraan antara nelayan dan teknologi "cold storage"
30 December 2024 9:15 WIB
Kebermanfaatan Program Makan Bergizi Gratis dalam perspektif administrasi publik
20 December 2024 17:09 WIB
Terpopuler - Spektrum
Lihat Juga
Inovasi sosial dalam industri perikanan, membangun kemitraan antara nelayan dan teknologi "cold storage"
30 December 2024 9:15 WIB