Bupati: Program SGAC bantu selesaikan masalah sampah di Banyumas
Selasa, 12 September 2023 16:38 WIB
Bupati Banyumas Achmad Husein memberi keterangan pers mengenai pengelolaan sampah di sela acara City Window Series II Smart Green ASEAN Cities Programme di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa (12/9/2023). (ANTARA/Sumarwoto)
Purwokerto (ANTARA) - Bupati Banyumas Achmad Husein menyampaikan bahwa pelaksanaan Program Smart Green ASEAN Cities (SGAC) akan membantu menyelesaikan sisa masalah sampah di wilayah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Usai konferensi pers kegiatan City Window Series (CWS) II dalam Program SGAC di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa siang, Bupati mengatakan bahwa pengelolaan sampah di Banyumas belum sempurna.
"Masih ada masalah-masalah yang harus kita selesaikan," katanya.
Menurut dia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai pengelolaan sampah di Banyumas sudah berada di jalur yang tepat, tetapi masih perlu disempurnakan.
Dia mengemukakan bahwa biaya pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas tergolong sangat murah.
"Kita ini seperseratusnya dari apa yang dikeluarkan oleh Tokyo, tetapi hasilnya kira-kira sama. Hanya saja prosesnya di sana itu tenaga orangnya sedikit, kalau di sini tenaga orangnya banyak," katanya.
Ia menambahkan, pengelolaan sampah di Tokyo, Jepang, serba otomatis, menggunakan mesin-mesin, sehingga membutuhkan sedikit tenaga kerja.
Namun demikian, ia mengatakan, upaya pengelolaan sampah yang dijalankan di Tokyo maupun Banyumas sama-sama menghasilkan produk bernilai ekonomi dan uang.
"Hasil terakhirnya sama. Sama-sama tidak ada sampah yang terbuang di landfill. Ada yang kecil, sama saja di Banyumas. Kalau di sana yang terbuang ke landfill kira-kira 5-10 persen, kita juga 5-10 persen," kata Bupati.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Banyumas Junaidi mengatakan bahwa sistem pengelolaan sampah yang digunakan sekarang tidak lagi terpusat di tempat pembuangan akhir (TPA).
Ia menjelaskan, karena sampah di TPA semakin banyak maka alat berat dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menanganinya semakin banyak sehingga biaya operasionalnya juga banyak. Oleh sebab itu pengelolaan sampah kemudian dilakukan dengan memberdayakan masyarakat.
"Semuanya diserahkan kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Biaya pengambilan sampah dari rumah tangga sudah di-handle sama KSM, kalau dulu biayanya dari pemerintah daerah," kata Junaidi, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.
Saat konferensi pers, Penasihat Senior Program SGAC Fakri Karim mengatakan, SGAC merupakan program untuk mendukung pembangunan hijau di kota-kota ASEAN yang dibiayai oleh Uni Eropa dan dilaksanakan oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF).
Menurut dia, Banyumas merupakan salah satu kota di Indonesia yang ikut dalam Program SGAC.
"Program itu meningkatkan kapasitas kota untuk pembiayaan pembangunan berkelanjutan, hijau, dan smart di kota masing-masing," katanya.
Baca juga: Banyumas jadi tuan rumah kegiatan City Window Series II
Usai konferensi pers kegiatan City Window Series (CWS) II dalam Program SGAC di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa siang, Bupati mengatakan bahwa pengelolaan sampah di Banyumas belum sempurna.
"Masih ada masalah-masalah yang harus kita selesaikan," katanya.
Menurut dia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai pengelolaan sampah di Banyumas sudah berada di jalur yang tepat, tetapi masih perlu disempurnakan.
Dia mengemukakan bahwa biaya pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas tergolong sangat murah.
"Kita ini seperseratusnya dari apa yang dikeluarkan oleh Tokyo, tetapi hasilnya kira-kira sama. Hanya saja prosesnya di sana itu tenaga orangnya sedikit, kalau di sini tenaga orangnya banyak," katanya.
Ia menambahkan, pengelolaan sampah di Tokyo, Jepang, serba otomatis, menggunakan mesin-mesin, sehingga membutuhkan sedikit tenaga kerja.
Namun demikian, ia mengatakan, upaya pengelolaan sampah yang dijalankan di Tokyo maupun Banyumas sama-sama menghasilkan produk bernilai ekonomi dan uang.
"Hasil terakhirnya sama. Sama-sama tidak ada sampah yang terbuang di landfill. Ada yang kecil, sama saja di Banyumas. Kalau di sana yang terbuang ke landfill kira-kira 5-10 persen, kita juga 5-10 persen," kata Bupati.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Banyumas Junaidi mengatakan bahwa sistem pengelolaan sampah yang digunakan sekarang tidak lagi terpusat di tempat pembuangan akhir (TPA).
Ia menjelaskan, karena sampah di TPA semakin banyak maka alat berat dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menanganinya semakin banyak sehingga biaya operasionalnya juga banyak. Oleh sebab itu pengelolaan sampah kemudian dilakukan dengan memberdayakan masyarakat.
"Semuanya diserahkan kepada KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Biaya pengambilan sampah dari rumah tangga sudah di-handle sama KSM, kalau dulu biayanya dari pemerintah daerah," kata Junaidi, yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas.
Saat konferensi pers, Penasihat Senior Program SGAC Fakri Karim mengatakan, SGAC merupakan program untuk mendukung pembangunan hijau di kota-kota ASEAN yang dibiayai oleh Uni Eropa dan dilaksanakan oleh United Nations Capital Development Fund (UNCDF).
Menurut dia, Banyumas merupakan salah satu kota di Indonesia yang ikut dalam Program SGAC.
"Program itu meningkatkan kapasitas kota untuk pembiayaan pembangunan berkelanjutan, hijau, dan smart di kota masing-masing," katanya.
Baca juga: Banyumas jadi tuan rumah kegiatan City Window Series II
Pewarta : Sumarwoto
Editor : Edhy Susilo
Copyright © ANTARA 2024