Petani jamur tiram Boyolali kewalahan penuhi permintaan
Jumat, 17 Mei 2019 14:41 WIB
"Momen Lebaran seperti saat ini merupakan kesempatan untuk menjual jamur tiram sebanyak-banyaknya, karena permintaan terus meningkat hingga 50 persen per hari," kata Sari Hariyanto (40) pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) Jamur Tiram, di Desa Urut Sewu, Ampel, Boyolali, Jumat.
Namun, kata Sari Haryanto, dengan meningkatnya permintaan jamur tiram yang sering diolah untuk makanan keripik dan abon serta masakan lainnya, tidak didukung kemampuan meningkatkan produksi jamur tiram.
"Saya yang biasa mampu memanen jamur tiram warna putih rata-rata 155 kilogram per hari. Namun akibat perubahan kondisi cuaca kini turun menjadi 105 kilogram per hari," kata Sari.
Menuru dia, permintaan jamur tiram meningkat menjelang Lebaran ini, biasanya untuk kebutuhan sayur mayur, dan untuk diolah lagi menjadi keripik jamur atau produk kemasan lainnya yang laris dijual.
"Para perajin jamur menjelang Lebaran seharusnya menjadi kesempatan besar untuk meningkatkan produksi. Karena, jumlah permintaan jajanan terutama makanan khas daerah kini cukup tinggi," katanya.
Dia mengatakan permintaan jamur tiram kondisi basah datang dari sejumlah perajin makanan kota-kota besar seperti Solo, Semarang, dan Yogyakarta. Permintaan saat ini rata-rata mencapai 200 kilogram per hari.
Meskipun produksi dan permintaan tidak seimbang di pasaran, tetapi harga jual jamur tiram putih tetap stabil. Hal itu, untuk menjaga konsumen jamur putih tetap lancar.
"Kami menjual jamur tiram putih seharga Rp10.000 per kilogram. Harga tidak dinaikkan, dan yang penting semua bisa laku dan kami tetap untung," katanya.
Menurut dia, pasar jamur tiram putih terbuka lebar. Pihaknya selain memanfaatkan penjualan melalui media sosial, banyak juga konsumen atau pedagang yang datang langsung ke lokasi. "Kami juga mengolah sebagian jamur tiram putih ini, menjadi keripik dan abon jamur untuk konsumen," katanya.
Pewarta : Bambang Dwi Marwoto
Editor:
Mahmudah
COPYRIGHT © ANTARA 2024