Logo Header Antaranews Jateng

Gerakan "One Day One Endog" di Jateng, cegah anak terkena stunting

Kamis, 10 Agustus 2023 10:00 WIB
Image Print
Ketua Forum Genre Jateng Hijrianda Niko berpose dengan salam Genre. ANTARA/Nur Istibsaroh
Semarang (ANTARA) - Stunting memiliki dampak yang tidak bisa dianggap enteng sehingga menjadikan banyak pihak bergerak untuk bersama-sama menekan prevalensi kasus tengkes tersebut.

Sejumlah potensi negatif dari masalah stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan seperti gagal tumbuh karena berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus, hambatan kognitif juga motorik, tapi juga sampai dengan gangguan metabolik pada saat dewasa berisiko penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung, dan lainnya.

Dampak lainnya yakni ekonomi, masalah stunting berpotensi menimbulkan kerugian setiap tahunnya dua sampai tiga persen produk domestik bruto (PDB).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting disebabkan karena asupan nutrisi yang tidak adekuat (mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan bayi) atau kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan, mulai terbentuknya janin di dalam kandungan (270 hari) sampai anak berusia 2 tahun (730 hari).

Kabar baiknya, stunting bisa dicegah sehingga seluruh pihak perlu bergerak bersama termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta Generasi Berencana (Genre) dan ditargetkan pada 2024 angkanya bisa turun menjadi 14 persen.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia terus mengalami penurunan yakni 21,6 persen di 2022 dari 24,4 persen pada 2021.


One Day One Endog


Editor: Teguh Imam Wibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2024