Semarang (ANTARA) - Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Anang Budi Utomo mengingatkan bahwa sampah dari bekas kemasan makan bergizi gratis harus diantisipasi agar tidak menjadi persoalan serius di kemudian hari.

"Terkait kemasan kan berkait ke sampah, itu luar biasa. Kalau jumlah siswa di Kota Semarang 24 ribu orang per angkatan. Sampahnya saya yakin jadi problem kalau tidak diantisipasi sejak awal," katanya di Semarang, Rabu.

Menurut dia, lebih baik jika untuk program makan bergizi gratis menggunakan wadah yang bisa dicuci kembali atau didaur ulang.

"Misalnya pakai sendok atau piring stainles. Kan bisa dicuci, ditumpuk, dan dipakai lagi. Artinya kan tidak langsung jadi sampah. Kan luar biasa, berapa ton per hari sampah yang dihasilkan," katanya.

Ia mengatakan secara umum implementasi uji coba program makan bergizi gratis di Kota Semarang sudah bagus, apalagi konsepnya untuk menekan angka kekurangan gizi

Kalau untuk catatan, Anang justru menyoroti testimoni dari anak-anak atau siswa sekolah yang menjadi penerima manfaat program makan bergizi gratis.

"Catatannya kemarin dari anak-anak kan. Pertama, mereka ngeluh kurang sayur, ada juga yang nanya susunya mana. Namun, kalau saya secara prinsip dengan anggaran segitu (Rp10.000) pakai susu ya enggak nyampe," katanya.

Saat ini memang masih uji coba, kata dia, karena modelnya penerapannya akan bertahap dari tahun ke tahun dan akan disempurnakan.

"Saya rasa konsepnya sudah bagus. Kalau lihat di luar negeri beberapa negara kan sudah melakukan, dan penganggarannya lumayan. Jadi, 2025 menjangkau 40 persen, 2026 80 persen, dan 100 persen pada 2029," katanya.

Ia optimistis program tersebut berjalan dengan baik.

"Kalau lihat 'roadmap'-nya seperti itu, secara bertahap insyaallah bisa tercapai," katanya.

Dia mengakui untuk tahapan uji coba memang masih ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tetapi nantinya bisa jadi didukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

"Ya, sekarang kan masih (ditanggung, red.) APBN. Kalau uji coba masih APBN. Tapi 'feeling' saya kok nanti mesti 'sharing' dengan daerah," katanya.

Selain sampah, Anang juga menyoroti tentang pengadaan, distribusi, dan kualitas makanan yang harus diperhitungkan agar program makan bergizi gratis berjalan dengan baik.

Delapan sekolah di Kota Semarang menjadi proyek percontohan program makan bergizi gratis, yakni KB Mujahidin, TK Mujahidin, SD Negeri Srondol Wetan 1, SD Negeri Srondol Wetan 2, SDN Srondol Wetan 5, SDN Pedalangan 4, SMP Negeri 12, dan SMA Negeri 4 Semarang.